Anti Galau, Anti Worry by Dale Carniege

Anti-Galau-Anti-Worry-by-Dale-Carniege

Anti galau itu apakah krusial? Tentu aja. Jika Anda galau a.k.a gelisah, bagaimana mungkin Anda bisa sukses. Mungkin Anda langsung ngegas, “namanya juga manusia hidup, selalu dihadapkan pada kondisi naik, turun, menikung tajam, berkelok-kelok, kadang hampir terpleset, ya kan? Mustahil lah bisa damai nggak punya masalah.”

Iya memang betul itu. Tetapi, Sob. Dari zaman kuda gigit besi memang begitulah hidup di dunia. Yang perlu kita tau hanya gimana cara menghadapi si galau itu sehingga tidak menganggu. Itulah sebabnya kita perlu membaca tulisan para pakar, salah satunya Dale Carnegie.

Anyway.

Halo, apa kabar kalian? Semoga sedang tidak gelisah, juga, semoga tidak sedang worry. Jika harapan saya meleset, semoga dengan membaca tulisan beberapa paragraf setelah ini, cemas kalian pun akan menghilang.

Dua tahun yang lalu, saat saya bingung harus menjalani hidup seperti apa, tiba-tiba saya menemukan buku kusam, lepek, kumal, berwarna cokelat, dengan ejaan kuno, masih kental dipengaruhi oleh tulisan Belanda, pertanda buku itu telah dibuat dari zaman kuda. Itu adalah buku bapak saya yang berjudul How to Win Friends and Influence People by Dale Carnegie.

Buku itu asik, dan masih relevan dijadikan sebagai buku self-help di zaman now ini. Pasca itu, saya sedikit terobsesi membaca buku lain yang ditulis by DC. Oleh karena itu, kali ini, saya menuliskan kembali bagaimana cara menghilangkan khawatir berdasarkan buku Dale Carnegie.

Cekidot. Inilah penuturannya.

Tiga puluh lima tahun yang lalu, saya adalah salah satu pemuda yang paling tidak bahagia di New York. Saya menjual truk untuk mencari nafkah. Sialnya, meski demikian, saya nggak tahu sama sekali tentang truk dan tetek-bengeknya, padahal semestinya saya ngerti dong, wong itu barang jualan saya. Sesimpel, saya nggak tau apa yang membuat motor truk berfungsi. Bukan itu aja: saya MEMANG tidak ingin tahu. Saya membenci pekerjaan saya.

Saya juga benci tinggal di kamar murah di West Fifty-sixth Street—ruangan penuh kecoak. Saya masih ingat bahwa saya memiliki seikat dasi yang tergantung di dinding; dan di pagi hari ketika saya menggapainya untuk mengubek-ubek dasi baru, kecoak tersebar ke segala arah.

Saya benci banget harus makan di restoran murah, kotor yang juga mungkin terinfeksi dan full dengan kecoak.

Anti-Galau-Anti-Worry-by-Dale-Carniege

Saya pulang ke kamar sepi saya setiap malam dengan dibebani dan dibesarkan oleh sakit kepala plus disuapi oleh kekecewaan, kekhawatiran, kepahitan, dan pemberontakan. Saya memberontak karena mimpi-mimpi yang telah saya pupuk di masa kuliah telah berubah menjadi mimpi buruk.

Was this life? Apakah ini hidup? Apakah ini petualangan vital yang sangat saya nantikan dan saya idam-idamkan? Apakah semua kehidupan ini akan berarti bagi saya—terjun di pekerjaan yang saya benci, hidup dengan kecoak, makan makanan bedebah—dan tanpa harapan untuk masa depan?

Saya merindukan waktu luang untuk membaca, dan menulis buku yang saya impikan untuk ditulis kembali di masa kuliah saya. Saya tahu saya memiliki segalanya untuk diraih dan tidak ada ruginya dengan meninggalkan pekerjaan yang saya benci. I wasn’t interested in making a lot of money, but I was interested in making a lot of living. Saya tidak tertarik menghasilkan banyak uang, tetapi saya tertarik membuat hidup saya berarti banyak.

Singkatnya, saya telah sampai pada Rubicon—pada saat keputusan yang dihadapi kebanyakan anak muda ketika mereka memulai hidup. Jadi saya membuat  ketetapan—dan pertimbangan itu mengubah masa depan saya sekomplet-kompletnya.

Keputusan saya itu sangat jitu, karena setelah itu adalah tiga puluh lima tahun terakhir yang  ultra menyenangkan dan bermanfaat, melebihi aspirasi utopis saya.

Keputusan saya adalah ini: saya akan meninggalkan pekerjaan yang saya benci; dan, karena saya telah menghabiskan empat tahun belajar di Warrensburg College, Missouri, fakultas guru, saya sebenarnya telah siap untuk mengajar. Oleh karena itu, saya akan mengajar aja lah di kelas dewasa di sekolah malam.

Kemudian saya akan punya hari-hari yang bebas untuk membaca buku, menyiapkan kuliah, menulis novel, dan menulis cerita pendek. Saya ingin “hidup untuk menulis dan menulis untuk hidup”. Tetapi, mata kuliah apa yang harus saya ajarkan kepada orang dewasa di malam hari?

Ketika saya flashback dan mengevaluasi training di perguruan tinggi saya sendiri, saya sadar bahwa pelatihan dan pengalaman yang saya miliki—public speaking—sangat berfaedah dalam bisnis dan dalam kehidupan sehari-hari—daripada semua hal lain, walaupun seandainya semua mata kuliah diblender menjadi satu.

Mengapa? Karena itu telah menghilangkan ketakutan saya dan menendang kurang percaya diri saya, juga memberi saya keberanian dan kenyamanan ketika berurusan dengan orang-orang. Itu juga menjelaskan bahwa leardership biasanya condong pada orang yang bisa bangkit, berdiri, dan mengatakan apa yang dia pikirkan.

Saya melamar posisi mengajar public speaking di kursus ekstensi malam di Universitas Columbia dan Universitas New York, tetapi universitas-universitas ini memutuskan bahwa mereka bisa berjuang—entah bagaimana—tanpa bantuan saya.

Saya kecewa saat itu, tetapi saya sekarang bersyukur bahwa mereka menolak saya, karena pada akhirnya saya mulai mengajar di Y.M.C.A. sekolah malam, tempat saya harus menunjukkan hasil konkret dan membuktikannya dengan cepat.

What a challenge that was! Benar-benar sebuah tantangan! Orang dewasa ini tidak datang ke kelas saya karena mereka ingin kredit kuliah atau prestise sosial. Mereka datang hanya karena satu alasan: mereka ingin menyelesaikan masalah mereka. Mereka ingin dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri dan mengucapkan beberapa patah kata dalam pertemuan bisnis tanpa pingsan karena ketakutan. Salesman ingin bisa menelepon pelanggan yang susah ditaklukkan, tanpa harus berjalan tiga kali memutari blok untuk bisa mendapatkan keberanian. Mereka ingin mengembangkan sikap tenang dan percaya diri. Mereka mau maju dalam bisnis. Mereka berhasrat memiliki lebih banyak uang untuk keluarga mereka.

Dan karena mereka membayar uang kuliah berdasarkan angsuran—juga, mereka akan berhenti membayar jika mereka tidak mendapatkan hasil—plus, karena saya juga dibayar, bukan digaji, tetapi sharing dari keuntungan, saya harus praktis jika saya ingin makan.

Saya merasa pada waktu itu, ketika saya mengajar, saya juga dibayang-bayangi setumpuk kesulitan, tetapi, sekarang saya menyadari bahwa pengalaman pada saat itu sangat berharga. Pada detik itu saya belum menemukan obat anti galau. Saya harus memotivasi murid-murid saya. Saya harus membantu mereka memecahkan masalah mereka. Saya harus membuat setiap sesi menginspirasi banget sehingga mereka ingin terus datang. It was exciting work. Itu pekerjaan yang menyenangkan. I loved it. Saya menyukainya.

Saya kagum dengan betapa cepatnya para pengusaha ini mengembangkan kepercayaan diri dan menerapkan anti galau, plus, seberapa ekspresnya mereka mendapatkan promosi dan kenaikan gaji. Kelas itu sukses dengan gemilang, jauh melampaui harapan saya, meski mimpi paling optimis sekalipun.

Dalam tiga musim, Y.M.C.A.s, yang tadinya telah menolak untuk membayar saya lima dolar per malam, akhirnya malah  membayar saya tiga puluh dolar semalam berdasarkan basis persentase.

Pada awalnya, saya hanya mengajar public speaking, tetapi, seiring berjalannya waktu, saya melihat bahwa orang dewasa ini juga membutuhkan kemampuan untuk memenangkan teman dan mempengaruhi orang.

Anti-Galau-Anti-Worry-by-Dale-Carniege

Karena saya tidak dapat menemukan buku teks yang memadai untuk hubungan manusia, saya pun menulis sendiri. It was written-no, itu tidak ditulis dengan cara biasa. Itu tumbuh dan berevolusi dari pengalaman orang dewasa di kelas-kelas ini. Saya menyebutnya How to Win Friends and Influence People.

To be honest, buku itu ditulis semata-mata sebagai buku teks untuk kelas dewasa saya sendiri, dan karena saya telah menulis empat buku lain yang belum pernah didengar oleh siapa pun, saya nggak pernah bermimpi bahwa buku itu akan ngehits: saya mungkin salah satu penulis yang paling tercengang. Buku itu sanggup menghidupi saya.  

Seiring berlalunya waktu, saya menyadari bahwa salah satu masalah tersuperior orang dewasa ini adalah khawatir. Sebagian besar murid saya adalah—bisnis eksekutif, salesman, insinyur, akuntan, bagian lintas perdagangan—dan mayoritas dari mereka memiliki problem yang sama! Mereka belum juga menemukan “obat” anti galau.

Ada juga para wanita di kelas—business women dan ibu rumah tangga. They, too, had problems! Mereka juga punya masalah! Jelas, yang saya butuhkan adalah buku teks tentang cara menaklukkan rasa khawatir, jadi sekali lagi saya mencoba menemukannya.

Astounding, isn’t it? Mengherankan, bukan? Karena kekhawatiran adalah salah satu problematika paling kolosal yang dihadapi umat manusia, Anda akan berpikir, wouldn’t you, bahwa setiap sekolah menengah dan perguruan tinggi di negeri ini seharusnya punya kursus “Cara Berhenti Khawatir”, kan? Namun, sayangnya nggak ada tuh. Juga, saya belum pernah mendengar satu mata kuliah pun yang membahas tentang khawatir di seluruh penjuru negara ini.

Nggak heran David Seabury mengatakan dalam bukunya How to Worry Successfully: “We come to maturity with as little preparation for the pressures of experience as a bookworm asked to do a ballet.” Atau, “Kita menjadi dewasa dengan pengalaman  menghadapi tekanan dengan sedikit persiapan seperti seorang kutu buku yang diminta untuk melakukan balet.”

Hasilnya? Lebih dari setengah tempat tidur rumah sakit ditempati oleh orang-orang dengan masalah nervous atau saraf dan masalah emosional.

Saya melihat-lihat ke dua puluh dua buku tentang khawatir yang tergolek di rak-rak di Perpustakaan Umum New York. Selain itu, saya membeli semua buku dengan tema khawatir yang bisa saya temukan; namun saya tidak dapat menemukan satu pun yang bisa saya gunakan sebagai teks dalam kursus saya untuk orang dewasa.

Jadi saya memutuskan untuk menulis sendiri. Saya mulai mempersiapkan diri untuk menulis buku ini tujuh tahun yang lalu. Bagaimana caranya? Dengan membaca apa yang para filsuf dari segala usia telah bahas tentang khawatir. Saya juga membaca ratusan biografi, mulai dari Konfusius hingga Churchill.

Plus, mewawancarai sejumlah orang terkemuka di berbagai bidang kehidupan, seperti Jack Dempsey, Jenderal Omar Bradley, Jenderal Mark Clark, Henry Ford, Eleanor Roosevelt, dan Dorothy Dix.

Tapi itu baru permulaan.

Saya juga ngerjain hal lain dong, yang mana jauh lebih krusial dibandingkan wawancara dan membaca. Saya bekerja selama lima tahun di sebuah laboratorium untuk membunuh rasa khawatir—sebuah laboratorium yang diadakan di kelas kami sendiri. Sejauh yang saya tahu, ini adalah laboratorium pertama dan satu-satunya di dunia.

Inilah yang kami lakukan.

Kami memberi siswa seperangkat aturan tentang cara berhenti khawatir dan meminta mereka untuk menerapkan aturan ini dalam kehidupan mereka sendiri dan kemudian berbicara di kelas tentang result yang telah mereka peroleh. Lainnya melaporkan teknik yang mereka gunakan di masa lalu.

Sebagai hasil dari pengalaman ini, saya kira saya telah mendengarkan lebih banyak ceramah tentang “Bagaimana Menaklukkan Khawatir” daripada individu mana pun. Selain itu, saya membaca ratusan ceramah lain tentang, “Bagaimana Saya Menaklukkan Khawatir”, pidato yang telah menangin trofi, yang diadakan di lebih dari seratus tujuh puluh kota di seluruh Amerika Serikat dan Kanada.  

Jadi buku ini tidak keluar dari menara gading. Juga bukan merupakan khotbah akademis tentang cara menendang gelisah. Sebagai gantinya, saya telah mencoba menulis laporan yang bergerak cepat, singkat, dan terdokumentasi tentang bagaimana khawatir telah dihempas oleh ribuan orang dewasa.      

Satu hal yang pasti: buku ini praktis. Anda dapat mengatur ‘gigi’ Anda di dalamnya.    

Saya senang mengatakan bahwa Anda nggak akan menemukan cerita di buku ini tentang tokoh imajiner “Mr. B–” atau “Mary and John yang disamarkan”. Which is tak seorang pun bisa mengidentifikasikannya. Kecuali dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, buku ini akan selalu mencantumkan nama dan memberikan alamat jalan. Ini asli. Didokumentasikan. Dijamin. Dan bersertifikat.  

“Sains,” kata filsuf Prancis Valery, “adalah kumpulan resep sukses dan anti galau.” Itulah buku ini, kumpulan resep yang sakses dan teruji waktu untuk ngilangin kekhawatiran kita.    

Namun, izinkan saya memperingatkan Anda: Anda nggak akan nemuin sesuatu yang baru di dalamnya, tetapi Anda akan menemukan banyak hal yang tidak berlaku secara umum. Jadi, bisa dibilang itu adalah anti galau yang sesungguhnya.

Dan ketika sampai pada hal itu, Anda dan saya tidak perlu diberi tahu hal baru. Sebenarnya, kita udah cukup tahu untuk menjalani kehidupan yang sempurna. Masalah kita bukanlah ketidaktahuan, tetapi tidak bertindak.      

Tujuan tulisan anti galau ini adalah untuk menegaskan kembali, mengilustrasikan, merampingkan, mengondisikan udara, dan memuliakan banyak kebenaran kuno dan fundamental, lantas menendang Anda di tulang kering sehingga men-trigger Anda agar mau ngelakuin sesuatu supaya Anda segera menerapkannya. Anda nggak boleh membaca doang. Anda harus mengeksekusinya dengan tindakan.

All right, let’s go. Baiklah ayo.

Jika Anda tidak dapet kekuatan baru dan inspirasi anyar untuk menghentikan kekhawatiran, nemu rahasia anti galau sejati, dan menikmati hidup—maka lemparkan buku ini ke tempat sampah. It is no good for you.      

DALE CARNEGIE

Leave a Reply

Your email address will not be published.