PCOS Siklus Anovulasi, dan Hiperinsulinemia

PCOS-Siklus-Anovulasi-dan-Hiperinsulinemia

PCOS, siklus anovulasi dan hiperinsulinemia? Apaan tuh? Apa faedahnya bagi perempuan untuk mengenal itu? Jika ada seseorang yang didiagnosa PCOS, apakah dengan mengerti itu, bisa menyingkirkan ‘penyakitnya’? Mungkin itu pertanyaan yang muncul di kepala Anda saat membaca artikel ini.

Siklus menstruasi yang mana nggak ada proses ovulasi/ pembuahan. Oleh karena itu, penderita PCOS, sulit dapet anak. Sialnya, PCOS itu sendiri menyebabkan infertilitas anovulasi sebanyak 70%. Nggak ada folikel yang dominan dan tumbuh cukup ‘gendut’ untuk ngelakuin ovulasi, ini selama masa istirahat folikel.

Seseorang dianggap tidak akan memiliki bayi, karena tanpa adanya telur yang matang, konsepsi nggak akan pernah kejadian. Progesteron akan diproduksi setelah ovulasi oleh sisa folikel dominan, dan ini terjadi selama menstruasi normal.

Tanpa adanya ovulasi, progesteron menjadi ultra rendah, oleh karena itu, terjadilah mens yang runyam dan tidak regular. Ini mengarah secara klinis ke siklus nggak teratur yang ‘kepergok’ di PCOS.

Di kasus PCOS, ini tampak eksplisit banget, gejala klinisnya adalah siklus yang nggak rapi. Sebenernya, mayoritas perempuan akan ngalamin siklus anovulasi kok, terutama ketika pubertas dan menopause.

Tetapi, sesungguhnya, penyebab pilarnya adalah:

  1. Insulin tinggi.
  2. Testosteron melimpah.

Mengapa demikian? Karena testosteron adalah produk sampingan aja, cuma res-resan, sementara tersangka utamanya, yang-paling-penjahat-dari-yang-terjahat, yang paling bertanggung jawab akan siklus anovulasi adalah karena insulin yang jangkung bingit.

By: Dokter Jason Fung (PCOS, anovulatory cycles and hyperinsulinemia – PCOS 9)

Metformin digunain sebagai senjata ampuh karena si doski sanggup menurunkan T plasma, dan menaikkan rates dari ovulasi, jadi metformin efeknya ganda, bisa untuk meredakan gejala PCOS, sekaligus sanggup untuk membuat pasien ngalamin weight loss (meramping).

Gejala PCOS bisa dikurangi, plus fungsi ovulasi bisa dinaikkan dengan hal-hal yang berbau memangkas insulin seperti:

  1. Menurunkan berat badan.
  2. Operasi bariatic.
  3. Obat somatostatin.
  4. Metformin.

Hal yang sangat menyentak adalah, pasien penderita diabetes tipe 1 yang mana pake banyak insulin juga memiliki risiko PCOS tingkat dewa.

Ada 3 fitur elementer yang merupakan ciri khas PCOS:

  1. Ovarium polikistik, atau adanya kista di rahim.
  2. Siklus anovulasi atau siklus nggak ada pembuahan.
  3. Tampak maskulin.

Ketiga simptom tadi merefleksikan patofisiologi yang sama, yaitu, testoteron meluber, dan pastinya disebabkan karena insulin yang membludak. Simpelnya, insulin yang tumpah-tumpah risikonya adalah PCOS.

Resistensi insulin. Jadi, sama aja kayak kegemukan, PCOS adalah penyakit hiperinsulinemia. Jadi, sudah jelas ya kaitannya, obesitas dan PCOS, mereka adalah manifestasi dari hiperinsulinemia. Memang, mereka nggak selalu terjadi simultan, namun sangat berkaitan erat.

Teka-teki selanjutnya adalah, apakah yang sesungguhnya nyebabin level insulin meninggi? Apa, sih, yang menyebabkan insulin ini menjadi rafi?

Faktor hidangan seperti gula yang bombastis dan karbohidrat yang dihaluskan, pastinya memang ngaruh, tapi, itu bukan satu-satunya akar perkara. Faktor mayor lainnya yang mencetuskan insulin rabung adalah lahirnya suatu ‘iklim’ bernama INSULIN RESITEN.

Recall ingatan Anda, hormon insulin fungsinya adalah memindahkan glukosa dari darah di dalam sel. Jika kondisinya resisten, kadar insulin yang normal nggak akan sanggup memindahkan glukosa di dalam sel, mau nggak mau, dia musti menambah ‘semprotan’ insulin, dong.

Lantas, tubuh merespons dengan melonjakkan kadar insulin untuk mengikat glukosa di dalam sel. Oleh karena itu, sebenernya, sih, yang menyulut insulin tetap luhur adalah insulin resisten, bukan hanya itu, dia juga merupakan faktor vital yang mengakibatkan insulin tetap tinggi, bahkan jika kita nggak mengubah jenis makanan pun, tetap saja kayak gitu.

Insulin resisten dan hiperinsulinemia berkorelasi ‘intim’ banget dengan PCOS. Rata-rata, sensitivitas insulin pada PCOS menurun sekitar 30-40%, ini sama betul dengan penderita diabetes tipe 2.

Sesungguhnya, insulin resisten memang terikat banget dengan obesitas, namun, ini juga biasa terjadi pada wanita pengidap PCOS dengan berat badan wajar. 75% insulin resisten terdiagnosa ada pada perempuan kurus tetapi PCOS, padahal, sekali lagi, dia nggak gemuk.

Proporsi ini merayap sebesar 95% pada wanita obesitas dengan PCOS. Esensinya, seluruh perempuan obesitas + PCOS = punya resistensi insulin.

Ditambah, perempuan yang diduga mengalami PCOS, siklus anovulasi dengan berat badan normal tapi punya PCOS, lemak di selingkung organ hati/ fatty liver, kuantitasnya lebih amboi banyaknya.

Jadi, ini sebuah fakta ekstra yang berasosiasi dengan resistensi insulin.

PCOS, Siklus Anovulasi, Diabetes tipe 2 mengantongi atribut spesifik yaitu insulin resisten. Jadi, insulin resisten melahirkan kadar insulin yang lebih adiluhung, yang mana berkontribusi pada PCOS.

Tapi, jika kita tanya lebih kritis lagi, apa, sih, yang menyebabkan level insulin itu tinggi saat pertama kali? Ini telah dibahas berulang kali di blog dokter Fung dan juga bukunya.

PCOS adalah manifestasi lain dari penyakit metabolik doang kok, dan benang merahnya semuanya ekuivalen, karena hiperinsulinema—atau insulin yang meluber.

Ini informasi yang krusial, karena akar masalah PCOS (kegemukan dan diabetes tipe 2) adalah karena terlalu banyak insulin, sehingga solusinya pun udah sangat jelas dong—kudu memangkas insulin.

How to do that? Jalan keluarnya tentu aja bukan dengan mengebor ke lubang ovarium. Solusinya hanyalah diet. Rendah karbohidrat dan puasa.

2 thoughts on “PCOS Siklus Anovulasi, dan Hiperinsulinemia

Leave a Reply

Your email address will not be published.