PCOS dan Hiperandrogenisme dan Ciri-cirinya

PCOS-dan-Hiperandrogenisme-dan-Ciri-cirinya

PCOS dan hiperandrogenisme konon sangat berkaitan erat. Hormon seks pria—androgen—, terdapat pada tubuh pria dan wanita, tetapi derajat kategori normal untuk pria jauh lebih jangkung daripada wanita. Artinya, di tubuh para lelaki ini, nih, kuantitasnya a.k.a jumlahnya lebih melimpah.

Testosteron adalah androgen yang paling terkenal, inilah yang pada akhirnya berkontribusi terhadap banyak faktor fisik yang membedakan pria dari perempuan. Misalnya, kenapa pria berjakun dan wanita nggak ada kumisnya. Wanita yang memiliki gejala hiperandrogenisme, sebanyak lebih dari 80% didiagnosis dengan penyakit PCOS.

Fitur komunal hiperandrogenisme meliputi:

  1. Pertumbuhan rambut wajah dan tubuh yang lebat (hirsutisme)
  2. Botak ala-ala cowok pada umumnya.
  3. Jerawat
  4. Nada suara nge-bass.
  5. Menstruasi kacau balau.
  6. Klitoris yang membengkak (pada kasus yang berat)

Namun, tipikal paling umum dari PCOS adalah hirsutisme, impak-nya sekitar 70% wanita. Sama seperti laki-laki, peningkatan testosteron membikin pertumbuhan rambut wajah dan tubuh di daerah-daerah tertentu menggila, seperti kaki, dada, punggung dan bokong.

Apakah akibat dari hirsutisme? Adanya lonjakan hormon testosteron, sehingga wajah dan badan Anda—dada, kaki, punggung, dan bokong—ditumbuhi semacem bulu-bulu kayak King kong. Di daerah lain, rambut rontok terjadi menyebabkan pola mahkota atau pola kebotakan laki-laki.

Pada ‘region’ spesial lainnya, biasanya, terjadi rambut rontok ala-ala  pola mahkota seperti laki-laki. Kalo Anda masih puyeng gimana contoh pola mahkota cowok, liat pelawak terkenal Darto helm.

By: Dokter Jason Fung (Hyperandrogenism – PCOS 3)

Para perempuan yang mengalami PCOS, distribusi kerontokan dan bulu yang melebat ini menjadi sangat eksplisit. Jerawat eksis dan kebelet mejeng, presentasenya sekitar 15-30% dari pasien PCOS. Androgen serum dapat diukur melalui tes darah. Tes darah yang paling berfaedah untuk hiperandrogenisme adalah kadar testosteron serum diikuti oleh DHEAS (de-hydroepiandrosterone sulfate). Masalahnya adalah kadar hormon-hormon ini berfluktuasi alias jungkat-jungkit seharian dan sepanjang siklus menstruasi, sehingga untuk menentukan tingkat normal dan abnormal adalah upaya yang elusif. Tetapi, jika Anda memperhatikan dengan seksama, 75% wanita dengan PCOS nilai tesnya adalah devian/ cacat. Namun, karena diagnostik ini tidak hanya ditentukan oleh level testosteron, mayoritas dokter nggak akan repot-repot meminta Anda mengikuti tes darah ini.

Fungsi dari androgen yang lain adalah, ia juga bertindak sebagai prekursor—penyebab awal—terbentuknya hormon seks wanita (estrogen) pada pria dan wanita. Sementara itu, testosteron dapat diubah menjadi estrogen. Anda bisa melihat contohnya pada fenomena ‘payudara’ pada beberapa pria obesitas atau yang sudah berusia sepuh. Jaringan adiposa ekstra dapat mengonversikan testosteron menjadi estrogen, akibatnya payudara membesar, ini terjadi pada pria dan wanita, tetapi hanya sangat tersurat pada pria.

For your information, kepekaan terhadap androgen dipengaruhi oleh perbedaan etnis, ras Kaukasia paling sensitif dan orang Asia paling tidak peka. NYARIS nggak ngaruh apa-apa, Coy.

Mens yang Tidak Teratur

Dr. John Nestler dari Virginia Commonwealth University memperkirakan bahwa, “Jika seorang wanita setiap tahunnya mengalami menstruasi  kurang dari delapan periode secara kronis, ia mungkin memiliki sindrom ovarium polikistik 50 hingga 80 persen berdasarkan pengamatan tunggal itu”. Siklus menstruasi yang nggak teratur, nggak pernah haid atau jarang adalah gejala umum PCOS. Diperkirakan 85% wanita dengan PCOS mengalami menstruasi yang acak-acakan. Di PCOS, masalah menstruasi elementer adalah anovulasi dan oligo-ovulasi.

Selama siklus menstruasi yang lazim, sel telur manusia berkembang dari folikel primordial. Tumbuh selama paruh pertama siklus menstruasi, dan kemudian dilepaskan ke saluran tuba untuk dibawa ke rahim di mana ia menunggu pembuahan oleh sperma. Ovulasi adalah pelepasan telur di dalam ovarium. Anovulasi adalah istilah yang digunakan untuk ovulasi yang tekor alias kurang dan oligo-ovulasi mengacu pada tingkat ovulasi yang lebih minor daripada standar.

Awalan ‘oligo’ berasal dari akar kata Yunani ‘oligos’ yang berarti sedikit atau scanty. Awalan ‘an’ berarti ‘tidak’ atau ‘kurang’. Ketika ovulasi yang purata nggak ada, maka siklus menstruasi mungkin mustahil (amenorrhea) atau bisa berlangsung lebih lama dari biasanya (oligomenorrhea). Siklus menstruasi yang tidak ‘koheren’ disebabkan oleh kegagalan ovulasi. Minimnya ovulasi akan mengakibatkan hamil dan infertilitas menjadi problematis.

PCOS adalah penyebab infertilitas yang paling tipikal di negara-negara industri dan juga terkait dengan keguguran berulang. Memiliki siklus runtut tidak berarti bahwa ovulasi telah terjadi secara lumrah, terutama pada wanita dengan bukti hiperandrogenemia lainnya.

Dua puluh hingga 50% wanita dengan tanda-tanda surplus testosteron dan periode reguler masih memiliki bukti anovulasi. Alat prediksi ovulasi over-the-counter menggunakan strip urin yang menguji lonjakan LH (Leuteinizing Hormone). LH melonjak sesaat sebelum seorang wanita berovulasi. Waktunya bikin bayi! Yihaa! Pasien di klinik dokter Fung menggunakan banyak strip urin selama bulan nggak subur. Jika wanita mengalami siklus menstruasi lebih lama daripada 28 hari, mereka nggak ngalamin lonjakan LH, dan tidak ada ovulasi.

PCOS (Ovarium polikistik) dan Hiperandrogenisme 

Definisi kriteria Rotterdam adalah ovarium polikistik hadirnya 12 atau lebih folikel di setiap ovarium yang berdiameter 2-9 mm. Folikel adalah kumpulan sel di ovarium. Selama menstruasi normal, banyak folikel mulai mekar satu persatu, akhirnya menjadi telur manusia yang diloloskan ke rahim pada saat ovulasi. Folikel-folikel lainnya biasanya mengerut dan diserap kembali ke dalam tubuh.

Ketika folikel ini gagal mengempis, mereka berubah menjadi kistik dan ditilik oleh ultrasound sebagai kista ovarium.

PCOS dan Hiperandrogenisme dan Ciri-cirinya
Credit: unsplash by Tamara Bellis

Dua faktor kardinal yang memengaruhi jumlah kista:

  1. Folikel kecil (2-5 mm) terkait dengan tingkat androgen serum dan.
  2. Folikel yang lebih besar (6-9 mm) terkait dengan kadar testosteron serum dan insulin puasa.

Karena 20-30% dari wanita normal mungkin memiliki multipel kista pada indung telur mereka, keberadaan kista nggak cukup untuk mendiagnosis PCOS. Nggak ada korelasi antara jumlah kista dan tingkat keparahan PCOS.

Membuat Analisis PCOS dan Hiperandrogenisme

PCOS mewakili spektrum penyakit. Di satu sisi adalah wanita dengan ovarium polikistik tetapi tidak ada kelainan lainnya. Wanita-wanita ini sering memiliki ultrasound karena alasan lain, dan kista diambil secara kebetulan. Di ujung lain dari spektrum adalah wanita dengan berbagai manifestasi.

Kriteria Rotterdam mengakui kontinum ini dan mengkategorikan pasien ke dalam 4 fenotipe yang divergen.

  1. Frank PCOS polikistik klasik (anovulasi kronis, hiperandrogenisme dengan ovarium polikistik—3/3 kriteria)
  2. PCOS ovarium non-polikistik klasik (anovulasi kronis, hiperandrogenisme tetapi ovarium normal – 2/3 kriteria)
  3. PCOS ovulasi non-klasik (siklus menstruasi yang teratur, hiperandrogenisme dan ovarium polikistik – 2/3 kriteria)
  4. Non-klasik, PCOS ringan (anovulasi kronis, androgen normal dan ovarium polikistik – 2/3 kriteria)

Fenotipe frank mewakili penyakit yang paling kritis dengan faktor risiko metabolik dan kardiovaskular yang lebih bobrok. Sebaliknya, wanita dengan PCOS ringan non-klasik berada pada risiko terendah penyakit metabolik.

Mengapa beberapa wanita memiliki masalah hiperandrogenisme tetapi bertentangan dengan siklus anovulasi nggak bisa terdeteksi?

  1. Faktor genetik dan lainnya mungkin berkonspirasi,
  2. Barangkali karena gaya hidup, dan terutama indeks massa tubuh, cerminan dari obesitas.

Melonjaknya berat badan menggerakkan wanita ke arah ujung spektrum yang payah. Menyusutnya berat badan, di sisi lain, mendorong wanita ke arah akhir spektrum yang kurang genting seiring dengan melambungkan kesuburan, siklus ovulasi dan hirsutisme. Kriteria Rotterdam yang lebih ekstensif mencakup lebih pasien jamak dengan penyakit remeh. Resistensi insulin dan sindrom metabolik sering dicatat, tetapi nggak dijadikan sebagai bagian dari definisi formal dan mempengaruhi sekitar 50-70% dari wanita PCOS dan hiperandrogenisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published.