10 Cara Menjadi Lebih Bahagia

10-cara-menjadi-lebih-bahagia

10 cara menjadi lebih bahagia. Apa sajakah itu?

Hai. Jumpa lagi dengan Sarah. Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, saya ingin bertanya, seberapa hepi-kah kamu saat ini? Yakin sudah bahagia? Jika masih ada ruang yang sanggup membuat suasana hatimu lebih hip-hip-hore, cobalah salah satu saran ini.

By Gretchen Rubin

Menurut saya, fondasi segala sesuatu adalah si hepi. Apa tujuanmu jika bukan merasa hepi dan damai? Kamu bisa aja punya tanah berhektar-hektar, mengoleksi Lamborghini lebih daripada selusin, namun jika kamu merasa was-was, sedih, dan tersiksa, apakah tanah dan koleksimu ada gunanya?

Saya menyadari hal ini sejak tahun 2015, ketika saya berhasil mendapatkan sebuah “anugerah”, namun saya malah merasa itu adalah puncak di mana saya ingin berhenti bernapas, karena semuanya terasa flat, tidak ada gunanya, dan membuat saya semakin ingin pergi dari apa pun yang pernah saya kenal, pernah saya rasakan, dan pernah saya genggam.

Lantas, saya mencoba untuk mencari rasa damai itu. Dan, ternyata saya tidak sendiri. Di luar sana, jutaan orang ingin bahagia apa pun kondisi dan situasinya. Kali ini, saya akan menerjemahkan artikel ini, karena dari tahun 2016 saya telah mempraktekkan tips dari Rubin, dan berhasil.

Inilah kisah Rubin..

Beberapa tahun yang lalu, di suatu pagi, sama seperti pagi yang lain. Tiba-tiba saya menyadari suatu kenyataan: saya sedang menyia-nyiakan hidup saya. Duh, ini sangat bahaya. Saat saya tengah menatap keluar jendela bus di New York City ketika hujan, saya melihat refleksi tahun-tahun yang telah saya lewatkan.

“Sekarang saya memang hidup, tapi apa yang saya inginkan?” Saya bertanya pada diri sendiri.
“Well … saya ingin bahagia.”

Sesungguhnya, saya memiliki sekarung alasan untuk bahagia, yaitu:
1. Suami saya berbadan tinggi, gelap, tampan, dan merupakan cinta yang saya cari dalam hidup saya;
2. Kami memiliki dua gadis yang menyenangkan;
3. Saya adalah seorang penulis, tinggal di kota favorit saya.
4. Ada teman di sekitar saya;
5. Saya sehat;
6. Saya tidak harus mewarnai rambut.
7. Dll…

Tapi terlalu sering saya mengecam suami saya atau memarahi petugas toko obat. Saya merasa sedih pasca tidak bekerja. Saya mudah marah. Apakah itu tindakan orang yang mengklaim dirinya bahagia?

Saya memutuskan untuk memulai sebuah studi tentang kebahagiaan secara sistematis. (Sedikit intens, saya tahu, tapi itu adalah hal yang menarik bagi saya.) Pada akhirnya, saya menghabiskan satu tahun percobaan—melahap waktu untuk mencoba pepatah dan kalimat bijak dari zaman kuno, mengaplikasikan beberapa hal yang bersumber dari studi ilmiah kekinian, dan tips dari budaya populer. Jika saya mengikuti semua nasehat, saya ingin tahu, apakah itu akan berhasil?

Nah, setahun sudah saya melakukan proyek itu, dan saya bisa bilang: beneran lho, mereka benar! Saya telah membuat diri ini lebih bahagia. Dan sepanjang jalan saya banyak belajar tentang bagaimana menjadi lebih bahagia.

Inilah pelajarannya:


1. Don’t start with profundities. Jangan mulai dengan sesuatu yang terlalu rumit. 10 cara menjadi lebih bahagia


Ketika saya memulai my own happiness project, saya menyadari dengan cukup cepat bahwa, daripada melompat ke sesi meditasi sepanjang hari atau menjawab pertanyaan mendalam mengenai identitas diri, saya harus mulai dengan hal-hal mendasar, seperti tidur pada jam yang layak dan tidak membiarkan diri saya kelaparan. Ilmu pengetahuan mendukungnya; Kedua faktor ini memiliki dampak besar pada kebahagiaan.

2. Do let the sun go down on anger. Jangan terlalu cepat meluapkan amarah.

Dahulu, saya selalu mengatasi iritasi sesegera mungkin, untuk memastikan saya melepaskan semua perasaan buruk sebelum tidur. Studi menunjukkan, bagaimanapun, bahwa gagasan tentang katarsis kemarahan adalah omong kosong. Mengekspresikan kemarahan yang berkaitan dengan gangguan kecil dan singkat, akan menguatkan bad mood, dan sebaliknya, dengan tidak mengungkapkan kemarahan, biasanya si marah akan menghilang seiring waktu.

3. Fake it till you feel it.
Berpura-pura sampai kita merasakannya.

Perasaan mengikuti tindakan. Jika saya merasa sedih, saya sengaja bersikap ceria, dan saya merasa diri saya menjadi lebih bahagia. Jika saya merasa marah kepada seseorang, saya melakukan sesuatu yang bijaksana untuknya dan perasaan saya terhadapnya melunak. Strategi ini sangat efektif.

4. Realize that anything worth doing is worth doing badly. Menyadari bahwa melakukan suatu kesalahan adalah manusiawi.

Tantangan dan New Things atau sesuatu-yang-baru adalah elemen kunci kebahagiaan. Otak dirangsang oleh kejutan, dan berhasil mengatasi situasi tak terduga memberi rasa kepuasan yang kuat. Orang-orang yang melakukan sesuatu di luar kebiasaan, misalnya belajar games baru, atau bepergian ke tempat-tempat yang tidak familiar, mereka cenderung lebih bahagia daripada orang-orang yang menyukai kegiatan monoton yang telah mereka kuasai dengan baik. Saya sering mengingatkan diri saya untuk “menikmati kesenangan dari kegagalan” dan mengatasi beberapa daunting goal atau tujuan tak masuk akal yang tampak menakutkan.

5. Don’t treat the blues with a “treat.”
Jangan memperlakukan hari kelabu dengan “treat.”

Seringkali hal-hal yang saya pilih sebagai “treats” tidak baik untuk saya. Kesenangan itu berlangsung sebentar, tapi kemudian perasaan bersalah dan kehilangan kendali serta konsekuensi negatif lainnya memperdalam rasa malas pada hari itu. Meskipun rasanya enak sebagai motivasi, seperti memikirkan,
“Oke, saya akan melakukan tugas A setelah minum beberapa gelas anggur …”
“Oke, Darling. Pasca makan satu pint es krim … baru saya akan ngegym,”
“Ngabisin sebatang rokok dulu ah …”
“Ngerjain tugasnya abis beli celana jeans baru ajalah,”
Jika kita berpikir seperti itu, sebaiknya kita berhenti sejenak untuk bertanya apakah ini benar-benar akan membuat keadaan menjadi lebih baik.

6. Buy some happiness.
Jangan terlalu pelit. Belilah beberapa kebahagiaan.

Kebutuhan psikologis dasar kita termasuk perasaan dicintai, aman, dan melakukan hal terbaik dengan apa yang kita lalukan/ prestasi. Kamu juga ingin memiliki rasa kontrol. Uang tidak otomatis memenuhi persyaratan ini, tapi pasti bisa membantu. Saya telah belajar mencari cara untuk membelanjakan uang agar tetap bisa berhubungan lebih dekat dengan keluarga dan teman saya; Untuk mempromosikan kesehatan saya; Bekerja lebih efisien; Untuk menghilangkan sumber huru-hara dan konflik perkawinan; Untuk mendukung tujuan penting; Dan memiliki pengalaman yang lebih seru. Misalnya, ketika kakak perempuan saya menikah, saya membeli kamera digital yang lebih baik. Itu mahal, tapi itu memberi saya banyak kebahagiaan.

7. Don’t insist on the best.
Jangan memaksakan yang terbaik.

Ada dua tipe pembuat keputusan. Satisficers (ya, satisficers) membuat keputusan begitu kriteria mereka terpenuhi. Ketika mereka menemukan hotel atau saus pasta yang memiliki kualitas yang mereka inginkan, mereka puas. Maximizers ingin membuat keputusan sebaik mungkin. Bahkan jika mereka melihat sepeda atau ransel yang memenuhi persyaratan mereka, mereka tidak dapat membuat keputusan sampai mereka memeriksa setiap pilihan. Satisficers cenderung lebih bahagia daripada maximizers. Maximizers mengeluarkan lebih banyak waktu dan energi untuk memutuskan sesuatu, dan mereka sering cemas dengan pilihan mereka. Sometimes good enough is good enough.

8. Exercise to boost energy.
Menjadikan olahraga sebagai booster energi kita. 10 cara menjadi lebih bahagia

Saya tahu, secara intelektual, bahwa ini berhasil, tapi seberapa sering saya mengatakan pada diri sendiri, “Nggak usah ngegym ah, capek.”
Olahraga adalah salah satu penguat mood yang paling bisa diandalkan. Bahkan 10 menit berjalan kaki pun bisa mencerahkan penampilan saya.

9. Stop nagging.
Berhenti ngomel. 10 cara menjadi lebih bahagia


Saya tahu bahwa omelan saya percuma saja, tapi saya pikir jika saya berhenti, suami saya tidak akan pernah melakukan pekerjaan rumah. Salah. Jika memang seperti itu, seharusnya waktu yang dipakai untuk mengomel bisa untuk melakukan hal lain. Plus, saya mendapat suntikan rasa bahagia yang sangat besar ketika berhenti mengomel. Saya tidak menyadari betapa cerdik dan hasilnya sangat memenuhi ekspektasi akibat dari mengubah metode bicara. Saya mengganti omelan dengan alat persuasif berikut:
1. Petunjuk tanpa kata (misalnya, menggeletakkan bola lampu baru di atas meja);
2. Menggunakan hanya satu kata (mengatakan “Susu!” Daripada berbicara terus dan terus);
3. Tidak bersikeras bahwa sesuatu harus dikerjakan pada jadwal saya;
4. Dan, yang paling efektif, melakukan tugas sendiri jika saya sanggup.
Mengapa harus mengandalkan orang lain jika saya bisa melakukannya sendiri?

10. Take action.
Lakukan saja, jangan banyak bicara.


Beberapa orang menganggap kebahagiaan mayoritas disebabkan masalah temperamen bawaan: Kamu terlahir sebagai Eeyore atau Tigger, dan memang begitu. Meskipun benar bahwa genetika memainkan peran besar, sekitar 40 persen tingkat kebahagiaanmu berada dalam kendalimu. Sekarang coba bercermin dan pantulkan semua yang ada di sana, lantas membuat langkah sadar untuk membuat hidupmu lebih bahagia. Ini beneran ampuh lho. Jadi, gunakan saran di atas untuk memulai Your Own Happiness Project. Dijamin, tidak butuh waktu satu tahun untuk mewujudkannya.

Selamat mencoba! Sampai jumpa di postingan selanjutnya. 🙂

One thought on “10 Cara Menjadi Lebih Bahagia

  1. Hi there everyone, it’s my first pay a quick visit at
    this web site, and paragraph is truly fruitful
    in support of me, keep up posting these articles or reviews.
    magliette calcio

Leave a Reply

Your email address will not be published.