Cara Menahan Lapar Saat Puasa Intermiten

Cara-Menahan-Lapar-Puasa

Cara menahan lapar saat puasa intermiten, adalah sesuatu super penting. Dan kamu tidak usah pusing, karena tersedia di blog ini.

Dan jangan lupa, kita harus pelajari sampai khatam. Karena, dijamin kamu pasti akan sukses melangsing.

Beneran nih? Emang sekrusial itu ya? Pake banget gitu? Well, gini. Kenapa kita harus bisa menguasai ilmu menahan lapar saat berpuasa? Karena jika kita-tidak-menjadi-master di bidang mengendalikan lapar, maka dijamin 100% puasa kita akan gagal. Dan pada akhirnya, si tujuan tidak akan tercapai.

Persoalannya adalah, si lapar itu akan datang sekonyong-konyong, terlepas apa pun yang kamu kerjakan.

Sebelum membaca lebih lanjut, daripada kamu jadi kecewa. Pastikan kamu berada di tempat yang tepat. Artikel ini adalah informasi mengenai puasa intermiten, bukan puasa Ramadhan (dry fasting). Jadi, jika kamu ingin tau tentang menahan lapar saat puasa Ramadhan, blog ini MUNGKIN bukan solusinya.

Ada tiga jalan keluar untuk mengatasi rasa lapar. Dan kita akan membahasnya satu persatu.

Cara Menahan Lapar saat Puasa Intermiten. Hindari Pemicu Rasa Lapar

Hal terpenting dalam hal menahan lapar adalah menghindari si triggers atau pendorongnya. Perlu kamu tahu, bahwa lapar itu bukanlah sesuatu berasal dari perut kita, tapi lebih ke otak. Sesungguhnya kamu hanya INGIN melahap sesuatu. Tubuhmu belum tentu BUTUH makan. Jadi ketika kamu terekspos stimuli tertentu. Terpapar rangsangan tertentu. Kamu pasti INGIN SEGERA MENGUNYAH SESUATU.

Saya bicara begini bukan berdasarkan asumsi. Tetapi, sudah ada penelitian tentang ini. Kita lihat artikel ini, yang bicara tentang eksperimen klasik tentang si anjing Pavlov.

Cara menahan lapar saat puasa intermiten

Begini penelitiannya.

Ilmuwan popular ini senantiasa membunyikan bel kapan pun ia ingin ngasih makan anjing. Seiring bergulirnya waktu, anjing belajar mengaitkan bunyi bel dengan sesuatu yang enak. Kenyang nggak kenyang. Suka gak suka. Saat si anjing mendengar bunyi bel, perutnya langsung krucuk-krucuk, air liur meleleh, lalu, ia akan segera melonjak-lonjak minta kudapan. Padahal, baru 5 menit yang lalu dia memamahbiak. Nah, kan.

Jadi sama saja. Manusia sami mawon. Itu adalah bagian dari respon terkondisi terhadap stimulus tertentu.

Cara menahan lapar saat puasa intermiten

Contoh kasus. Kamu terbiasa sarapan nasi uduk pada jam 7 pagi. Tidak perlu susah-susah. Kamu tidak harus duduk di hadapan sepiring nasi uduk, cukup dengan HANYA jalan gemulai aja di sekitar warung nasduk, pasti hasrat melahapmu langsung meledak-ledak.

Jadi, jika kamu ingin bisa berdamai dengan rasa lapar, maka, kamu harus mau rela berkorban. Yaitu, dengan cara menghindar dari faktor pencetus.

Selama pandemik, yang mengakibatkan kita semua harus bekerja dari rumah. Rasanya, tantangan ini semakin kekar tak terkalahkan. Saat WFH, banyak dari kita tidak mempunyai ruang kerja di rumah, jadi terpaksa harus memakai ruang tamu atau ruang makan.

Masalahnya adalah, seolah ada reminder gitu, bahwa di rumah, stok makanan biasanya melimpah ruah. Jadi, sedikit-sedikit ingat ngemil. Inget semangkok mie instan. Belum lagi abang gerobak yang memanggil-manggil di depan gang.

Jadi setiap kali ada little break, ada istirahat sebentar. Kita gatal ingin menengok kulkas. Geregetan juga ingin ‘melancong’ ke koleksi snack di dalam toples. Belum lagi halusinasi tentang kue-kue kering. Biskuit. Cokelat. Dll.

Jadi WFH adalah godaan yang super duper mengerikan. Ya, enggak?

Rutinitas buruk lain, misalnya, menyaksikan televisi sambil mengemil. Atau nonton bioskop sambil kunyah-kunyah-enak sekantong pop corn. Memandangi Tiktok sambil ngemut cokelat. Terpana di depan YouTube sambil menggasak keripik. Nah, hal itu jadi faktor dorongan sulit menahan lapar juga.

Jadi, jika kamu ingin sukses menahan lapar saat puasa intermiten, maka kamu harus sanggup menjustifikasi kebiasaanmu. Ubah kultur buruk, diganti dengan habit baik.

Problem lainnya yang biasa saya temukan di lapangan adalah, bagi kaum emak-emak. Mereka lazimnya memasak untuk keluarga. Jika posisinya begitu, tidak mungkin ia menghindar dari dapur. Bunda-bunda sekalian tidak mungkin kabur dari kewajiban pergi ke supermarket, kan? Atau menjauh dari pasar.

Mengolah hidangan untuk sebagian orang adalah penyebab lapar. Wanginya itu tidak mungkin diabaikan. Harum masakan sangat menggoda. Nah, di sinilah krusialnya rencana matang.

Katakanlah, bunda-bunda masak secara teratur setiap hari. Namun, karena sekarang sedang puasa intermiten, maka sebaiknya dikerjakan sekali atau dua kali dalam seminggu pada hari-hari tertentu.

Tipsnya adalah, bunda-bunda bisa menumis dalam jumlah banyak, atau menggarap beberapa panganan. Saat bunda berpuasa, bunda bisa meminta anggota keluarga lain untuk menghangatkannya. Jadi, masakan ditaruh di kulkas. Pada jam makan, tinggal dipanaskan.

Manfaatnya, bunda bisa menghindar dari si penyulut untuk selalu berada di dapur sepanjang waktu. The cooking is really triggering for some people. Because as you cook the smells are going to hit you. so if you’re trying to fast and you’re cooking well it’s just going to be a lot harder for you to do.

Atau bunda bisa juga mencoba memakai layanan food delivery. Jadi sudah diantar dalam kondisi siap konsumsi. Sebenarnya, bunda tidak harus jadi satu-satunya ‘koki’. Karena ada banyak hal yang bisa menggantikan peran ‘tukang masak’. Dengan meng-outsourcing profesi chef keluarga, bunda tidak tergoda untuk mengisi perut.

Gara-gara pengundang lapar lainnya adalah, ketika kita harus mengunjungi supermarket. Mengapa? Karena harus membeli stok bahan hidangan dalam jumlah banyak. Karena melihat banyak santapan menarik, kita jadi tertarik membeli. Jadi mampirlah Dorit*s, wafer, ch*colatos, dll, ke dalam keranjang.

Di era pandemik kemarin, mungkin kita sudah tau konsep tentang belanja via internet. Online shop bisa menggantikan kunjungan ini. Jadi, pada akhirnya, kita tidak membeli sesuatu yang tidak perlu.

Well, itulah beberapa solusi untuk mengurangi desakan lapar.

Kunci Besar Kedua Cara Menahan Lapar Saat Puasa Intermiten adalah Memahami Sifat Lapar

Cara super menahan lapar saat puasa itu memang ada rahasianya ya? Ada dong.

Begini.

Mayoritas orang berpikir bahwa lapar akan menyerbu saat kita kelamaan nggak makan. Namun, aktualnya itu tidak benar. Mengapa? Mari kita melihat “averages theory” a.k.a Teori Rata-Rata. Manusia rata-rata paling tidak lapar pada pukul jam 8 pagi. Tapi pada saat jam 8 malam mereka merasakan lapar yang luar biasa. Padahal, bisa jadi mereka baru saja makan beberapa jam sebelumnya. Entah itu makan siang, atau makan malam. Jadi, oleh karena itu, sederhana saja. Itu bukan soal hanya lamanya waktu.

Kebanyakan orang menebak bahwa, mereka khawatir, saat mereka berpuasa, rasa lapar terus meningkat, terus dan terus, sehingga pada akhirnya mereka nggak sanggup lagi, dan mereka pun menyerah. Sesungguhnya, bukan itu yang terjadi. Jika kamu melihat Studies of Hunger, terutama untuk orang yang kelebihan berat dan dan berusaha untuk memangkas bobotnya.

Rasa lapar akan terbangunkan, lalu merajalela dengan kekuatan super, pada saat tiba di klimaksnya, dia akan menukik turun, dan jika kita berhasil melewatinya, sebenarnya, lapar akan berkurang. Lalu kembali ke garis dasar. Lalu, voila, lenyap.

Lantas apa yang terjadi adalah, tubuh telah memutuskan untuk membakar beberapa kalori. Lalu, ia pun akan mengambil dari simpanan energi di badan, yaitu dari lemak bodi. Oleh karena itu, kita pun tidak merasa lapar. Logikanya, mengapa kita harus menderita, jika bisa mengambil ribuan kalori dari lemak.

Saat kita sudah bisa melewati titik kulminasi lapar, ‘raga’ kita ini akan mengambilnya dari “gudang”. Jadi triknya adalah, tunggu sampai lapar itu hilang dengan sendirinya, lalu ia pun akan menggali simpanan lemak, untuk dijadikan bahan bakar.

Jadi, ya realistis aja. Puasa udah pasti lapar. Tapi lapar itu pasti akan berlalu. Jadi, sabar nunggu aja si lapar akan buyar seiring bergulingnya waktu.

Well. Sekali lagi saya tekankan, tinggal tabah aja menanti sekitar:

  1. 15 menit
  2. 30 menit
  3. Atau, 45 menit.

Dan, semuanya akan berlalu begitu saja. Segalanya akan kembali ke kondisi normal. Jika, kamu sudah kerap melewatkan jam makan, maka, kamu bisa membikin tatacara baru. Yaitu sudah lihai untuk tidak bersantap di jam tertentu.

Namun, sesungguhnya, saya ada solusi lain sih jika lapar kamu benar-benar tak tertahankan.

Beberapa jalan keluar ketika kamu lapar

Yaitu:

  • Menyesap secangkir besar teh hijau
  • Meminum kopi pahit
  • Menyeruput air kaldu tulang (bone broth)
  • Mandi air hangat
  • Buatlah janji dengan teman untuk cari hiburan di luar

Di saat siang adalah puncaknya rasa lapar. Namun, dengan cara ini, dijamin kamu sudah bisa mengantisipasi laparmu dengan cara mengalihkan pikiranmu. Kamu bisa membelokkannya dengan tertawa bersama teman. Atau menyanyi karaoke. Atau berjalan-jalan.

Pokoknya kamu melakukan sebuah kesibukan, dan tiba-tiba waktu telah berlalu dengan cepatnya. Kemudian, kamu kembali ke jadwal rutinmu, pada pukul satu atau dua. Dan sadar bahwa gelombang rasa lapar itu sudah lewat.

Intinya adalah, kamu harus bisa memprediksi, lalu, memutuskan antisipasi apa yang akan dilakukan di saat hawa lapar menyerang. Hal di atas tadi, akan lebih terasa mudah, jika kamu meminum sesuatu yang menekan nafsu makan. Dan sesungguhnya, banyak ramuan yang bisa kita konsumsi, lho. Tapi, dari sisi sains, teh hijau adalah minuman yang sangat menarik. Mengapa? Karena di dalamnya terkandung antioksidan yang dinamakan ECGC.

Dan hasil penelitian menunjukkan, adanya efek penekan nafsu makan yang tidak membahayakan. Jadi, biasanya saya ngasih tau temen-temen, “minum teh hijau besti. Kalo gue biasa bikin teh hijau dicampur teh hitam. Seger banget ke badan.”

Dan, hei, liat deh nanti. Pasca kamu menghabiskan secangkir besar teh hijau, lapar pun kabur entah kemana.

Konon katanya, kopi juga memiliki efek serupa. Dan, mungkin baik kopi atau pun teh—apa pun yang rasanya pahit—, mampu memalingkan pikiran kita sejenak, sampai rasa lapar itu auto lenyap. Bisa jadi sih, rasa pahit, membuat nafsu makan menyusut.

Intinya, coba minum yang sesuatu yang bitter/ getir. Banyak kok minuman herbal di luaran sana yang rasanya super nggak enak. Seperti rebusan air daun pepaya atau daun pare. Asalkan nilai kalori nol, kamu boleh meminumnya ketika berpuasa intermiten.

Hal Ter-esensial untuk Cara Menahan Lapar saat Puasa adalah Membangun ‘Tradisi’ Baru

Tahukah kamu? Bahwa tradisimu adalah penentu hidupmu? Sukses tidaknya kita, 90% ditentukan oleh tabiat kita. Mengapa? Karena ini adalah perihal apa yang kamu lakukan hari demi hari. Sesuatu yang ditumpuk sedikit demi sedikit.

Habit yang bersifat spontan—tanpa harus banyak berpikir—bisa mengurangi daya dan fokus kita setiap hari.

Bayangkan dahulu saat kita belajar menyetir mobil. Awalnya kita harus berkonsentrasi penuh. Tapi lama-lama, tanpa perlu fokus kita terpancang full speed, kita bisa menyetir sambil ngupil misalnya. Jadi setiap kali kamu lupa ngemil, kamu nggak perlu memeras otak, “oh ini hari ini senin, aku nggak boleh ngemil.”

Jadi jika prinsipmu adalah NO SNACKS EVERYDAY, maka, akan mudah bagimu untuk melakukannya setiap hari tanpa merasa ada yang kurang.

Let’s say yah, kamu selalu sarapan dengan mengunyah roti di dalam commuter line untuk menghemat waktu. Sekarang mari kita mulai mengganti makan roti dengan hanya meminum kopi pahit atau secangkir teh tawar kental wangi. Memang itu akan terasa sangat aneh selama dua minggu pertama. Tetapi, kemudian setelah itu, ‘adab’ anyar pun berkembang.

Tatkala kita memasang kebiasaan itu, manfaatnya adalah, kita melatih raga kita untuk tidak mengharapkan kehadiran si roti lagi. Yang mana akan memangkas rasa lapar, karena mulai saat ini, si ‘awak jasmani’ tau bahwa, “halah ngapain Cuk kita repot-repot ngasih sinyal lapar, toh gak akan ada sesuatu masuk di jam segini.”

Jadi ya pembaca yang Budiman. Sekali lagi nih ya saya tekankan, kita harus benar-benar mengubah habit kita. Penyebabnya, karena:

  1. Kebiasaan baik akan membuat kita jaya.
  2. Kebiasaan buruk adalah asal muasal kita sengsara.

Hal lain yang perlu kita garis bawahi

Yaitu:

  1. Kita ndak punya ‘norma’ buruk, misalnya makan saat berjalan.
  2. Kita nggak mau nonton televisi sambil ngemil-ngemil asik
  3. Kita tak sudi mengunyah sekantong popcorn di saat terpana di depan layar bioskop
  4. Kita hanya akan makan di meja makan, tanpa gangguan HP dan televisi. Makan bersama dengan anggota keluarga

Jika prinsip-prinsip di atas telah kita aplikasikan dalam rutinitas. Kita akan punya ritual sehat. Plus, tidak akan terasa mengganjal lagi jika tak ada ‘mangsa’ di pangkuan kita saat kita sedang beraktivitas. Biasakan mengerjakan satu hal dalam satu waktu, jangan multitasking.

Hayo tebak, itu adalah kelaziman zaman dulu, dari generasi ke generasi, yang nggak asal makan semaunya di jam berapa aja.

Saya yakin, jika kita menerapkan hal-hal di atas tadi, kita pasti akan sanggup menahan lapar ketika puasa.

Mari saya rekap:

  1. Anda harus hindari pemicunya
  2. Mengerti apa itu kelaparan, sehingga Anda bisa mengantisipasinya. Selanjutnya, kamu juga bisa kok, pake beberapa “alat” agar bisa membantu kamu melewati rasa lapar
  3. Pastikan Anda menegakkan kebiasaan keren itu, sehingga Anda melatih fisik Anda untuk tidak mengharapkan makanan. Dan karenanya Anda tidak harus selalu mengerahkan kemauan keras untuk melawannya.

Terima kasih telah membaca postingan ini. Saya harap Anda menikmatinya, dan syukur-syukur membaginya dengan teman kalian.

Jadi mereka mungkin belajar sesuatu. Dan jika Anda tertarik dengan tips puasa lainnya, Anda mungkin ingin melihat tulisan lain, di mana saya membahas beberapa kunci sukses lainnya untuk berpuasa intermiten.

Leave a Reply

Your email address will not be published.