Rahasia Kurus Ramping, Mau? Testimonial Shannon

Rahasia-Kurus-Ramping-Mau-Testimonial-Shannon

Rahasia kurus ramping ini akan saya bagikan cuma-cuma. Plus, saya juga ingin sharing email yang saya terima dari Shannon, seorang pembaca. Dia menulis: Seperti yang biasa dikatakan oleh Hans dan Franz, “Hear me now and believe me later.” Kata dokter Jason Fung di websitenya.

Cekidot.

Never let yourself get out of shape.  Saya menyertakan sebuah gambar dari bulan November lalu di sebuah penanda buku ICON 39—seperti yang Anda lihat, saya hampir tidak muat di kursi. Pada saat itu, timbangan saya menunjukkan angka 390 pound—pada bulan Januari, jika saya tidak mengubah kebiasaan, maka saya akan berada di kisaran 395 pound. Saya mulai tau rahasia kurus ramping, jadi saya mulai menjalankannya.

Jadi, tidak lama setelah gambar itu diambil, Januari 2015, saya memutuskan bahwa saya perlu melakukan transformasi dalam hidup saya.

Umur saya 40 tahun, berat badan luar biasa fatal, dan saya mengidap diabetes. Masalahnya, saya tidak tahu bagaimana metode yang efektif dan nggak menyiksa. Meski banyak klaim di luar sana tentang rahasia kurus ramping, saya masih belum tahu mana yang tidak ‘berbohong’.

Tadinya duduk di kursi aja nggak muat.

Sedikit sejarah: Saya menjalani diet pertama saya saat berusia 12 tahun. Ibu saya tahu bahwa saya tampak seperti buntelan, dan pada saat makan saya terlalu hanyut dan merem melek  saking  saya sangat menikmati makanan. Beliau mencoba membuat saya makan lebih sedikit, membikin saya ketagihan diet soda, dan bahkan menyuruh saya mencoba diet rendah karbohidrat dalam jangka waktu temporer. Menurut ibu saya itu adalah rahasia menjadi kurus dan bisa lebih ramping.

Di masa remaja saya, saya sedikit langsing, dong. Saya sibuk bertani dan ngelakuin marching Drum serta Bugle Corps. Saat kuliah,   kondisi saya nggak busuk-busuk amat lah, hanya sedikit heavyset, tapi saya menjaga berat badan saya supaya tidak melonjak, meski saat  berada di level senior timbangan menunjukkan angka 280. Tetapi, saya berhasil melepas beberapa pon tahun itu dan lulus dengan di angka 250.

Setelah Melakukan Puasa Intermittent

Sialnya, selama dua dekade berikutnya, si bobot perlahan naik.

Saya menjajal diet sana-sini, dan saya gagal. Saya berhasil memenggal beberapa pon, namun, setelah liburan, saya malah semakin bulat. Setiap tahun, bukannya berhasil menggunting si angka, eh justru menanjak perlahan dan pasti.

Pada tahun 2013, dengan berat badan saya duduk manis di angka 380, saya didiagnosis menderita diabetes. Saya pikir gula darah puasa saya sekitar 250 saat mereka melakukan tes panel metabolik. Sebelum dideteksi, saya belum banyak belajar tentang diabetes. Saya tahu bahwa saya memiliki sepupu yang kehilangan kaki karena diabetes, dan ibu saya telah mendapatkan predikat sebagai penderita diabetik beberapa tahun sebelumnya, namun ia mengendalikannya dengan diet rendah karbohidrat.

Sumber Gambar

Selama tahun 2014, saya mencoba produk Soylent—pengganti makanan—yang rasanya hambar sebagai cara untuk mencoba mencopot habit sebagai pecandu makanan.

Saya pikir, selayaknya orang-orang yang keranjingan dengan suatu hal, saya akan berhenti dengan adiksi ini dengan mencoba metode cold turkey. Tetapi, faktanya, saya tidak bisa bertahan lebih daripada seminggu. Dan berita lebih horornya adalah, gula darah saya melonjak nggak karuan.

Pada bulan januari 2015, tercatatlah sejarah dalam dunia timbang-menimbang, pada pagi hari, berat badan saya adalah 395, yang artinya, di penghujung hari si berat akan berada di angka 400 pound. Itu adalah hal super pelik. Saya juga sangat menderita. Ketika saya muda, saya selalu berkata,  “I’m big, but I’m in good shape,” namun, saat ini saya tahu saya dalam kondisi mengenaskan. Naik tangga menjadi hal yang sungguh bengis. Gula darah saya awut-awutan, tanpa obat hidup saya bagai di neraka.

By: Dokter Jason Fung  (Shannon – Patient Profile)

Saya putus asa. Lantas, saya membaca semua ilmu nutrisi, tetapi, setiap kali berdiet ketat, saya kangen banget dengan makanan favorit—sang sahabat lama yang selalu di hati.

Saya telah menghabiskan 90% hidup saya untuk mengekang nafsu makan dan menendang hidangan ini itu, yang membuat saya nggak karu-karuan. Saya telah berjuang dan berhasil memangkas beberapa kilo, tetapi, ketika saya berhenti, saya menggemuk kembali.

Sejak menderita diabetes, saya ingin belajar sebanyak mungkin mengenai penyakit ini. Saya mengikuti kelas tentang diabetes. Saya menonton kuliah medis dan Ted Talks. Saya membaca forum dan blog. Saya menemukan banyak informasi yang kontradiktif, tapi satu hal yang pasti. Tidak ada yang benar-benar mengerti apa yang menyebabkan sindrom metabolik (beragam penyakit yang menyebabkan obesitas dan diabetes) sehingga tidak ada yang memiliki pandangan jelas tentang solusinya.

Saya sedang membaca komentar di sebuah posting internet di sebuah forum diabetes saat seseorang merekomendasikan video ini: The Two Big Lies of Type 2 Diabetes oleh Dr. Jason Fung.

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa seseorang benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi dengan tubuh ini. Karena klinik Dr. Fung ada di Kanada, saya memutuskan untuk mengambil gagasan dari ceramahnya (saya memperhatikan semua yang dia lakukan secara online) dan memperlakukan diri saya sebagai subjek tes. Saya merancang rejimen untuk diri saya sendiri—sebuah siklus puasa 4 1/2 hari, lantas makan di  akhir pekan.

Saya bahkan  memberitahu dokter saya bahwa saya menghentikan Glucotrol, karena ia menambah kadar insulin, efek samping esensial dari Glucotrol. Ketika saya memberi tahu dokter saya, saya melakukan ini, dia nggak hepi, tapi dia mengatakan selama saya berhati-hati, memonitor gula darah saya, dan kembali kepadanya jika gagal, he wasn’t going to try to talk me out of it.

Minggu pertama puasa, ck ck ck, sangat menyeramkan. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Pada hari perdana, saya tidak merasa terlalu ruwet, tapi di hari kedua, saya mulai merasa lapar, spektakuler rasa laparnya. Saya melakukan trik yang  bervariasi untuk mengabaikannya, dan tidur lebih awal—sesuatu yang kudu saya lakukan pada hari kedua puasa.

Hari ketiga adalah yang paling mengkhawatirkan. Saya harus menyetir selama 2 jam kemudian mengikuti beberapa meeting krusial. Karena saya telah mendengar begitu banyak hal mengerikan tentang puasa, saya khawatir saya akan pingsan—kombinasi dari tekanan puasa dan rapat kerja—terutama saat saya mengemudi sendiri di jalan raya. Syukurlah, saya bisa menyopir dan melakukan meeting tanpa masalah.

Pada hari kelima, satu-satunya hal yang membuat saya ingin kembali mengunyah adalah kebutuhan psikologis. Yihaa, gol! Saya berhasil. Saya berpuasa seminggu. Itu tidak sesulit diet yang lain, dan saya kehilangan berat badan, dong. Kabar lebih baiknya, gula darah saya turun ke kisaran normal. Setelah itu, saya hanya mengulanginya lagi dan lagi.

Selama berbulan-bulan, saya nggak selalu berpuasa selama 4 setengah hari, kok. Terkadang saya sarapan atau makan siang bersama rekan kerja pada hari jumat jika hari itu adalah hari ulang tahun seseorang. Terkadang, saya akan makan malam di luar bersama keluarga. Tapi sepanjang waktu, saya memantau berat badan saya. Saya dapat melihat dengan jelas benefit dari puasa, dan setiap Jumat pagi, ketika saya kehilangan beberapa kilogram lagi, saya tahu, bahwa saya sudah berada di trek yang benar.

Pasca menjalani puasa selama empat bulan, saya melakukan tes Hemoglobin A1C pertama saya. Rentang normal untuk tes ini adalah antara 4 dan 5.6. Apa pun di atas ini dianggap paling tidak pra-diabetes. Skor saya sebelumnya—yang diambil sekitar waktu yang sama seperti foto di atas—adalah 8.3, dan saya sangat senang mengetahui si nomor baru: 5.3! Komentar dokter saya adalah, “Itu lebih baik dari saya, padahal saya bukan penderita diabetes, lho.”

Ketika saya mulai berpuasa dan melihat bobot badan saya melorot drastis, saya membuat sebuah target untuk menurunkannya sebanyak 100 pound pada tahun 2015. Saya bisa mencapainya pada bulan September, tapi Oktober adalah bulan yang sulit—inilah saatnya konvensi Fiksi Ilmiah setempat,  berkumpul dengan penulis, sehingga makanan dan minuman melimpah ruah. Kemudian, pada akhir bulan adalah Halloween, yang membuat permen bertebaran di mana-mana. Dengan menambahkan beberapa cheat days, dan sejumlah makanan enak untuk menyenangkan diri sendiri, saya tidak berpuasa lebih dari 3 hari dalam sebulan penuh.

This is the confession paragraph: Bahkan ketika saya berpuasa, saya melakukan beberapa hal yang dikontraindikasikan oleh Dr. Fung, soda diet, pemanis artifisial di kopi saya, dan jeli bebas gula, pada dasarnya hal-hal yang membuat saya merasa kenyang dan memuaskan sweet tooth saya. Saya juga memakan camilan di malam hari. Tetapi, saya tetap berpegang pada rencana saya, hampir setiap hari mencoba bertahan sekitar 100-200 kalori, tapi terkadang saya pesta di akhir pekan. Kelemahan saya adalah pizza, permen, dan red wine. Sebelum saya mulai berpuasa, makan seperti ini akan mendorong kadar gula darah saya lebih dari 300. Sejujurnya, Oktober sangat amburadul, saya berhenti memeriksa gula saya di akhir pekan, soalnya nggak pengen tahu hasilnya apa. Dan saya takut saya tidak akan pernah menulis testimoni ini karena saya akan sangat mengacaukan A1C saya dengan sangat keji.

Saya pikir penting untuk menambahkan dua paragraf terakhir untuk menggambarkan bahwa ini bukanlah proses yang gampil. Setiap diet memperlakukan setiap orang secara berbeda—saya tahu, saya sudah mencoba semuanya.

Bagi saya, berpuasa adalah pilihan yang lebih simpel, tapi tetap saja sulit. Sudah sering saya mempertimbangkan untuk menyerah aja.

Ada kalanya kewajiban keluarga dan sosial membuat tidak mungkin mengikuti rencana tersebut. Seringkali saya juga harus berhenti makan di restoran favorit saya. Tapi sejak awal, saya memutuskan untuk tidak memperlakukan ini sebagai upaya singkat menurunkan berat badan, tapi melihatnya sebagai perubahan gaya hidup. Saya telah memilih untuk melihat kemunduran sebagai pengalaman belajar daripada kekalahan.

Jadi, Rabu yang lalu, ketika darah saya diambil untuk kedua kalinya sejak saya mulai berpuasa, saya sedikit gugup. Saya berbisik pada diri saya sendiri bahwa jika A1C saya di bawah angka 6 itu adalah sebuah victory, sumpah, saya benar-benar khawatir.

Saya harus menunggu 2 hari untuk mendapatkan hasilnya, tapi akhirnya mereka keluar. Saya, sekali lagi, berada di posisi 5.3! Horeee, gula darah saya berada dalam kisaran normal.

Efek fenomenal lainnya adalah kesehatan hati saya. Let’s just say numbers that were way outside normal levels are now well within the normal range.

Jadi, begitulah: cerita saya tentang bagaimana, dengan beberapa advis jempolan, saya membawa diri saya kembali dari ambang self-destruction. Ini bisa dibilang rahasia saya menjadi kurus dan lebih ramping.

Saya masih punya banyak rencana selanjutnya untuk membanting berat badan saya—I don’t want to keep flirting with weighing 300 pounds—tapi saya lebih sehat dari tahun-tahun sebelumnya, dan saya berharap dapat melanjutkan perjalanan saya dan si sukses terus kontinyu.

-Shannon

Jason Fung:  Keren, Shannon! Good job! Jika menambahkan soda diet kompatibel untuk Anda, maka dengan segala cara, silakan. Yang paling penting adalah mengikuti plan dan hasil memuaskan. Jika Anda menggunakan pemanis, tapi mendapatkan konsekuensi bagus, lalu lanjutkan. Namun, jika Anda tidak melihat impak yang Anda inginkan, maka pertimbangkan untuk berubah. Di klinik kami, kami sering membiarkan sedikit krim di kopi, yang secara teknis juga bukan puasa.

Namun, bedanya tidak signifikan sehingga kebanyakan orang melakukannya dengan apik. Beberapa akan mentolerir diet soda dengan baik, tapi banyak yang tidak. Hal lain yang saya tekankan adalah bahwa puasa tidak selalu enteng. Tapi dijamin bisa membuat Anda lebih sehat. Klinik saya adalah Program Manajemen Diet Intensif, bukan program Manajemen Diet Mudah. Ini bisa dianggap juga sebagai klinik rahasia kurus ramping. Hari ke 2 biasanya merupakan hari puasa yang paling sulit bagi kebanyakan orang. Saat itulah tubuh mulai beralih ke pembakaran lemak. Begitu Anda tahu itu, Anda bisa mempersiapkan diri. Congratulations sekali lagi, Shannon.

Leave a Reply

Your email address will not be published.