Tips Kurus dan Langsing? Coba Puasa Intermittent

Tips-Kurus-dan-Langsing-Coba-Puasa-Intermittent

Tips kurus yang beredar di internet itu apakah benar bisa menendang lemak tubuh yang tebal? Yakin beberapa tips itu jitu dan efektif? Jangan-jangan semua itu hanya omong kosong? Pernahkah kalian mendengar diet OCD Deddy Corbuzier? Diet ini dinamakan juga sebagai intermittent fasting. Saya sudah sering mengutarakan bahwa puasa itu efektif untuk membuat kita menjadi langsing. Tetapi, pada postingan kali ini, saya akan menerjemahkan curahan hati dokter Jason Fung selama berusaha menyebar luaskan ide puasa pada masyakarat. Silakan disimak.

By: Dokter Jason Fung (What? Fasting is NOT crazy, batsh@* stupid?)

Megan Ramos dan saya mulai mengaplikasikan puasa intermiten dalam program Manajemen Diet Intensif sekitar tahun 2013. At the time, the entire notion of fasting smelled faintly of quackery. Pada saat itu, seluruh ide puasa berbau klenik, mejik, samar-samar kayak praktik dukun. ‘Kearifan’ yang berlaku pada saat itu adalah jika Anda melewatkan makan, maka itu sama aja kayak nyakitin diri sendiri, ide bunuh diri total.

Menurut mereka diterawang dari sudut pandang dunia-langsing-melangsing ini sungguh bodoh sekali. Lagi pula, semua orang ‘tahu’ bahwa melalaikan makan akan membikin Anda sangat lapar sehingga Anda nggak berdaya, lantas Anda akan menyisipkan sekuintal donat ke mulut Anda.

Memang, ketika kami mulai meriset puasa, saya belum pernah mendengar orang berbincang tentang tetek bengek ini. Ide itu aja baru kepikiran oleh saya, jika Anda ingin melengserkan berat badan, mungkin absen makan adalah gagasan yang perlente. Bener, nggak?

Saya adalah seorang dokter, dan saya menghendaki orang untuk melakukan saum sepanjang waktu.

  1. Saat pasien akan melakukan operasi, mereka harus berpuasa semalam sebelumnya.
  2. Ketika orang akan melakukan kolonoskopi, mereka harus berpantang makanan selama 24-48 jam.
  3. Tatkala pasien akan memeriksa darah puasa, mereka harus mengosongkan perut dengan nggak makan apa pun.

Jadi, saya tahu bahwa segala hal nggak ada yang murni di luar gelanggang perdebatan. Manusia pada dasarnya memang seneng drama. Oleh karena itu, reaksi yang saya terima, ketika saya mengemukakan prelude saya terhadap puasa adalah, “Jason, udah lah mingkem bae, ini nggak mungkin berhasil. Mustahil, Bro.”

Kemudian finis begitu aja. Ide yang dimuntahkan tanpa dicerna lebih dulu. Saya termenung sendiri, “Kenapa tidak bisa?”

Ini nggak ada dalilnya, lho. Sama sekali. Saya juga memiliki kognisi yang kordial tentang fisiologi manusia dan tahu bahwa tubuh menyetok persediaan lemak seandainya tidak ada yang dimakan.

Jadi, jika kita memberi tubuh kita kesempatan, ia bisa membakar lemak yang dikemas dengan hati-hati ini.

Tubuh kita adalah mesin yang canggih. Jadi, saya mulai meneliti itu. Hampir nggak ada yang nulis tentang PUASA dalam 40 tahun belakangan ini. Beberapa body builders telah menulis segenap bahan yang sangat ekselen pada puasa intermiten, tetapi saya lebih tertarik menggunakan puasa dengan tujuan terapeutik untuk memulihkan penyakit. Pada tahun 2012, Dr. Michael Mosley di BBC telah mencetuskan film dokumenter yang luar biasa tentang problematika ini. Tapi itu hanya ala-ala gitu lah.

Jadi, kami bereksperimen aja, mencoba nyembuhin penyakit pasien dengan memakai berbagai protokol puasa. Dan hasilnya sangat menakjubkan. Kami memiliki pasien yang sanggup menjungkirbalikkan diabetes tipe 2 lama mereka hanya dalam beberapa bulan. Mereka mengusir diabetes untuk selama-lamanya. Kami memiliki pasien yang menendang lemak ratusan pound. Tidak semua orang menggarap ide saya, tentu saja, ada aja yang nggak mau puasa, tetapi mereka yang melakukannya, umumnya kehilangan berat badan. Lagi pula, jika Anda tidak makan, Anda biasanya akan menumpas berat badan.

Tapi semua orang masih aja menganggap saya gila, batsh ** bodoh.

  • Saya mendengar kalimat menghina ini dari dokter.
  • Saya mendengarnya dari ahli diet.
  • Saya direndahkan perawat.
  • Saya dicemooh oleh personal trainer.

Sekitar saat itu, saya mulai ‘menyebarkan’ ceramah di konferensi Low Carb High Fat/ Ketogenic. Beberapa tahun yang lalu, umumnya manusia berasumsi bahwa ide-makan-banyak-lemak adalah bentuk KE-EDAN-AN yang kafah. Total sinting-nya.

Ketogenic diet, sejak itu, telah menjadi sangat universal, dengan buku masak Keto secara melodius berada dalam daftar penjualan terbaik. Dan di ruang para peserta ‘ajaib’ ini, orang-orang akan melongok saya dan berpikir ‘Orang ini gila’.

Sungguh aneh. Bagaimana hal-hal telah berubah dalam kurang lebih beberapa tahun yang sumir. Pada 2018, survei Food & Health tahunan yang dilakukan oleh International Food Information Council Foundation menemukan bahwa sekitar 1/3 dari konsumen mengekor diet ini.

Yang paling populer? Puasa intermiten ada di sekitar angka 10% dari diet, yang mencorakkan dua kali lipat dari Low-carb dan Whole 30 (masing-masing 5%). Survei yang sama juga menjaring bahwa orang semakin menyalahkan gula (33%) dan karbohidrat (25%) untuk arena-panjat-berat-badan, mereka mulai melek, bahwa kedua komponen itulah yang menyebabkan kita menggemuk, persentasenya hampir dua kali lipat dari angka yang menuding lemak sebagai penjahat.

Pada 1990-an, semua jenis lemak dianggap barang haram jadah. Kita mengasingkan semua lemak, pokoknya, semuanya harus RENDAH LEMAK, Broooo…

Credit: unsplash by Sheldon Nand

Tetapi mengonsumsi santapan rendah lemak seperti roti putih, pasta, dan jellybeans tentunya nggak ngebantu menggelincirkan berat badan. Pedoman Diet, terus aja menekankan hidangan-cekak-lemak sebagai pesan inti mereka untuk kesehatan yang apik. Anda nggak akan bisa selalu membodohi orang.

Google Trends menunjukkan minat yang mengambung tinggi di segmen puasa intermiten. Hingga sekitar tahun 2016, ketika saya menulis The Obesity Code dan Panduan komprehensif untuk Puasa, animo untuk topik ini rendah banget. Tips kurus melalui buku ini tidak populer sama sekali. Setelah 2016, interes telah ‘berkecambah’ secara signifikan. Ada lebih dari 3 kali jumlah eksplorasi harian pada topik tersebut. 2018 tampaknya menjadi tahun yang mana puasa intermiten benar-benar menarik afeksi pada arus utama.

Sebuah artikel di Good Morning America mengutip Robin Foroutan, seorang ahli gizi terdaftar dan juru bicara untuk Akademi Nutrisi dan Diet, organisasi utama untuk ahli diet di Amerika Serikat mengartikulasikan “Sangat amikal ketika sesuatu yang populer dan benar-benar konsisten”.

Wow.

Puasa berubah dari ide yang benar-benar gila pada tahun 2013, menjadi sebuah praktik yang digemakan sebagai hal-yang-populer-DAN-bermutu-perfek oleh para ahli diet. Zaman now, bagi mereka yang sulit menahan nafsu makan saat berpuasa, produk baru udah banyak yang dijual, fantastis dan pilihannya beraneka. Sebuah nama baru dari jenis teh dirilis tahun ini, sehingga bisa menekan rasa lapar selama pantang makan.

Program IDM Jason Fung juga membangun komunitas, mengakomodasi orang lain dengan cepat, dan juga memberikan konseling yang dipersonalisasi, jadi tergantung kebutuhan masing-masing gityu.

Yahoo menulis tentang “Bagaimana Puasa Intermiten mengakomodasi orang ini sehingga mampu menendang berat badan sebanyak £125”.

Sumber Gambar

Ini bukan dari kalangan umum. Dia adalah seorang dokter, lulus dari praktis medis selama bertahun-tahun lantas beralih ke puasa intermiten untuk membenahi masalah berat badannya sendiri. Dia mampu melorotkan berat badan, dan untuk membentenginya, dia beralih ke puasa intermiten, sebuah cara meramping dari zaman kerajaan Sumeria. Jadi tips kurus yang telah dilakukannya cukup trusted. Tentunya, jika para dokter menerapkannya sendiri, mereka pasti percaya bahwa itu adalah sesuatu yang kondusif dan persisten.

Bagian teruwet dari perjalanan meramping adalah nggak ngalamin diet yoyo, atau naik turun nggak jelas. Part paling-selit-belit adalah mengawal si berat badan agar nggak melonjak, dan di situlah puasa dapat benar-benar memberi orang opsi.

Bahkan institusi akademis yang dihormati seperti Harvard telah menyelipkan puasa dalam spekulasi mereka. Dalam Blog Kesehatan Harvard baru-baru ini, Dr. Tello menulis ‘pembaruan-bikin-syok’ pada puasa intermiten—bahwa puasa mungkin tokcer. Dia mengutip Dr. Wexler dari Harvard University, Direktur Pusat Diabetes Rumah Sakit Umum Massachusetts “Ada bukti yang mengulas bahwa pendekatan puasa sirkadian rhythm, dimana jam makan dibatasi untuk periode delapan hingga 10 jam di siang hari, efektif”. Ini tips kurus yang dikeluarkan dari lembaga yang bisa dipercaya, Sob.

Saran untuk makan 6 atau 8 atau 10 kali sehari dan untuk selalu melahap sarapan bahkan jika nggak lapar tidak pernah ada akarnya dalam ilmu apa pun. Nggak ada penelitian yang menyuratkan bahwa nasihat semacam ini beneran ampuh.

Tetapi jika Anda tidak makan, maka orang-orang tidak dapat menjual sesuatu pada Anda. Jadi, makan all-day-all-night pastinya oke untuk bisnis, bahkan jika itu artinya tidak damai untuk garis pinggang Anda.

Gagasan untuk memamah-biak-tiada-henti sering diulang lagi dan lagi, advis untuk caploklah 10 makanan kecil per hari ini, menangkap kilau tiara penghargaan yang nggak pantas sama sekali. Jika Anda tidak lapar, maka jangan mengunyah. Itu mosi yang cukup logis. Sebaliknya, kami percaya, dan memberi tahu anak-anak kami bahwa, “Bahkan jika kamu nggak lapar, kamu tetap harus melahap beberapa granola batangan atau kamu akan sakit-sakitan.”

Kemudian kita berbalik dan bertanya-tanya mengapa kita mengalami krisis obesitas pada masa kanak-kanak. Apakah jangan-jangan tips kurus yang kita terapkan salah atau gimana?

Ilustrasi: anak saya minggu ini pergi ke kamp sekolah untuk robotika. Pada selebaran yang berisikan informasi untuk orang tua, mereka meyakinkan saya bahwa mereka akan melimpahi anak saya makan siang dan 2 camilan per hari.

ARGHH. Mengapa anak saya, atau anak mana pun ‘didesak’ untuk makan 2 camilan? Namun, karena berasal dari sekolah berarti kita mengindoktrinasi anak-anak kita untuk percaya bahwa mereka harus mengunyah terus-menerus agar sehat.

Sebaliknya, pada tahun 1970-an, ketika saya teenager, tidak ada seorang pun yang mengunyah makanan ringan. Zaman itu obesitas bukanlah dilema. Dan mereka tidak membutuhkan tips kurus whatsoever.

Leave a Reply

Your email address will not be published.