Kurus Ramping dan Fisiologi Puasa

Kurus-Ramping-dan-Fisiologi-Puasa

Kurus Ramping dan fisiologi puasa itu maksudnya gimana? Apakah itu rahasia menjadi kurus langsing cantik tampan good looking? Mungkin Anda jadi kepo dengan kalimat di atas.

Jadi gini.

Ada banyak misinterpretasi tentang puasa. Dan pada jurnal kali ini kita akan membahas apakah yang terjadi dengan tubuh kita, pada saat kita TIDAK mengunyah apa-apa. 

Glukosa dan lemak adalah sumber energi yang elementer untuk tubuh. Jika glukosa kosong melompong, tubuh akan memakai lemak, tanpa efek samping apa pun. Ini adalah cara kerja yang natural, sesuai hukum alam. Periode saat kita tidak makan, dan tubuh harus memakai cadangan lemak tubuh sudah menjadi bagian dari siklus yang normal, sepanjang sejarah, dan selama dunia berkembang. Mekanisme ini telah berevolusi dan beradaptasi sejak zaman Paleolitik. Transisi dari fase makan ke rentang waktu puasa terjadi dalam beberapa tahap

Masa feeding, atau saat dimana kita berada di periode makan—insulin merayap naik.

Hal ini memungkinkan pengambilan glukosa ke dalam jaringan seperti otot atau otak, untuk digunakan secara langsung untuk energi. Kelebihan glukosa disimpan sebagai glikogen dalam hati.

Fase pasca absorpsi— 6-24 jam setelah mulai berpuasa.

Tingkat insulin mulai turun. Glikogen dilepaskan dan lantas melepaskan glukosa untuk energi. Gudang glikogen bertahan sekitar 24 jam.

Gluconeogenesis—24 jam sampai 2 hari

Hati memproduksi glukosa baru dari asam amino dalam proses yang disebut “glukoneogenesis”. Secara harfiah, ini diterjemahkan sebagai “membuat glukosa baru”. Pada orang non-diabetes, kadar glukosa turun tapi tetap berada dalam kisaran wajar.

Ketosis—2-3 hari setelah mulai puasa

Tingkat insulin yang rendah yang dicapai saat puasa merangsang lipolisis, pemecahan lemak untuk energi. Gudang penyimpanan lemak, yang dikenal sebagai trigliserida, dipecah menjadi gliserol dan tiga rantai asam lemak di tulang punggung. Gliserol digunakan untuk glukoneogenesis. Asam lemak dapat digunakan secara langsung untuk energi oleh banyak jaringan di tubuh, tapi otak tidak bisa memakainya. Tubuh keton, yang mampu melintasi halangan darah-otak, diproduksi dari asam lemak untuk digunakan oleh otak.

Setelah empat hari puasa, sekitar 75% energi yang digunakan oleh otak disediakan oleh keton. Dua jenis keton fundamental yang dihasilkan adalah beta hydroxybutyrate dan acetoacetate, dan mereka dapat meningkat lebih dari 70 kali lipat selama puasa.

Tahap konservasi protein -> 5 hari – Kadar hormon pertumbuhan tinggi mempertahankan massa otot dan jaringan tanpa lemak.

Energi untuk pemeliharaan metabolisme basal hampir seluruhnya dipenuhi dengan menyedot asam lemak bebas dan keton. Peningkatan kadar norepinephrine (adrenalin) mencegah penurunan tingkat metabolisme. Tubuh kita sangat canggih. Ia telah mengembangkan mekanisme untuk menghandel kondisi di saat kita lapar berat. Esensinya, apa yang kita gambarkan di sini adalah proses transisi dari pembakaran glukosa (jangka pendek) menjadi pembakaran lemak (jangka panjang).

Lemak hanyalah energi makanan yang tersimpan dalam tubuh. Pada saat makanan di titik nol, makanan yang berada di ‘gudang’ atau lemak tubuh dilepaskan untuk mengisi sumber yang nihil. Jadi, asumsi bahwa tubuh akan membakar otot, dalam rangka memberi makan dirinya sendiri, sampai semua gudang makanan habis digunakan adalah ngawur.

By: Dokter Jason Fung Fasting Physiology – Part II

Kurus Ramping dan Fisiologi Puasa plus Adaptasi Hormonal

Insulin

Puasa adalah strategi yang paling efisien dan konsisten untuk menurunkan kadar insulin. Ini pertama kali dicatat beberapa dekade yang lalu, dan diterima secara luas sebagai sebuah fakta. Hal ini cukup sederhana dan jelas. Seantero hidangan meningkatkan insulin, jadi metode yang paling efektif untuk mengurangi insulin adalah dengan menghindari semua masakan.

Kadar glukosa darah tetap normal, karena tubuh mulai membakar lemak untuk energi. Efek ini terlihat pada periode puasa kurang lebih 24-36 jam. Puasa dengan durasi yang lebih lama mengurangi insulin bahkan lebih dramatis lagi.

Baru-baru ini, puasa intermittent/ puasa selang-seling/ puasa harian alternatif telah dipelajari sebagai teknik pengurangan insulin yang dapat diterima. Puasa yang teratur, selain menurunkan kadar insulin, juga meningkatkan sensitivitas insulin secara signifikan. Ini adalah link yang hilang dalam teka-teki melangsing. Kebanyakan diet dengan mengurangi porsi, memang akan mengurangi sekresi insulin, namun tidak mengatasi masalah resistensi insulin.

Memang benar, berat badan awalnya hilang, tapi resistensi insulin menjaga kadar insulin dan Body Set Weight tetap tinggi. Puasa adalah metode yang praktis untuk mengurangi resistensi insulin. Menurunkan insulin membuat tubuh membuang kelebihan garam dan air. Insulin menyebabkan retensi garam dan air di ginjal.

Kurus Ramping dan Fisiologi Puasa
Credit: unsplash by NordWood Themes

Diet gaya Atkins sering menyebabkan diuresis, hilangnya kelebihan air, sehingga menimbulkan pertengkaran bahwa sebagian besar penurunan berat badan awal adalah air. Meski benar, diuresis bermanfaat dalam mengurangi kembung, dan merasa ‘lebih ringan’. Beberapa juga mungkin mencatat tekanan darah sedikit lebih rendah. Puasa juga telah tercatat  sebagai cara melangsing  yang ekspres dan aduhai, terutama di stadium awal. Untuk lima hari pertama, berat badan hilang rata-rata 0,9 kg/ hari, jauh melebihi diet-membatasi-kalori. Mengapa demikian? Kemungkinan besar karena diuresis garam dan air.

Hormon pertumbuhan

Apakah manfaat dari hormon pertumbuhan? Dia dapat melambungkan pembakaran lemak sebagai sumber energi. Ini juga membantu memelihara massa otot dan kepadatan tulang. Sekresinya bersifat pulsatile, sehingga membuat pengukuran yang akurat sulit dilakukan. Sekresi hormon pertumbuhan melandai seiring bertambahnya usia.

Salah satu rangsangan yang paling manjur terhadap sekresi hormon pertumbuhan adalah puasa. Puasa yang dilakukan selama lima hari lebih akan mensekresikan hormon pertumbuhan lebih dari dua kali lipatnya. Efek fisiologisnya adalah untuk mempertahankan massa otot dan jaringan tulang selama periode puasa.

Kurus Ramping dan Fisiologi Puasa juga Elektrolit

Kekhawatiran tentang kekurangan gizi saat berpuasa adalah salah tempat. Kurangnya kalori bukanlah masalah besar, karena gudang persediaan lemak cukup banyak. Perhatian utamanya adalah pengembangan defisiensi mikronutrien. Namun, studi berpuasa dalam jangka waktu panjang tidak menemukan bukti kekurangan gizi. Kadar potassium bisa sedikit menurun, tetapi, meski dua bulan puasa terus menerus tidak menurunkan kadar di bawah 3,0 mEq / L, meski tanpa menggunakan suplemen. Durasi puasa ini jauh lebih panjang dari yang biasa direkomendasikan. Zat magnesium, kalsium dan fosfor selama puasa stabil.

Agaknya, ini disebabkan oleh banyaknya gudang mineral di tulang. Sembilan puluh sembilan persen kalsium dan fosfor dalam tubuh disimpan di tulang. Penggunaan suplemen multi vitamin akan memberikan penyisihan nutrisi mikronutrien harian yang disarankan. Efek terapeutik yang cepat selama 382 hari dipertahankan hanya dengan multivitamin tanpa efek berbahaya pada kesehatan. Sebenarnya, pria ini berpendapat bahwa ia merasa sangat berenergi selama periode puasa. Satu-satunya hal yang membuat harap-harap cemas, mungkin adalah sedikit peningkatan asam urat yang telah dijelaskan dalam puasa.

Kurus Ramping dan Fisiologi Puasa ditambah Adrenalin

Tingkat adrenalin meningkat. Mengapa? Karena tubuh berasumsi kita harus meningkatkan pasokan energi supaya bisa mendapatkan lebih banyak makanan. Misalnya, 48 jam puasa menghasilkan peningkatan tingkat metabolisme sebesar 3,6%, bukan mematikan metabolisme, mitos yang selama ini ditakuti. Respon terhadap puasa selama 4 hari, energi ekspenditur selama istirahat membumbung hingga 14%. Alih-alih memperlambat metabolisme, sebaliknya tubuh itu menyegarkannya. Sepertinya, pada zaman paleolitik, ini dilakukan agar kita memiliki energi untuk berburu dan memetik lebih banyak makanan.

Puasa sangat menarik, tapi bukan diet rendah kalori. Puasa membuat kita banyak melakukan adaptasi hormonal yang semuanya tampak sangat bermanfaat pada banyak level. Intinya, puasa membuat tubuh mengalihkan fungsi dari membakar gula menjadi membakar lemak.

Metabolisme saat beristirahat TIDAK menurun namun malah meningkat. Kita, secara efektif, memberi makan tubuh kita melalui lemak kita sendiri. Kita ‘makan’ lemak kita sendiri. Ini masuk akal. Lemak, esensinya adalah makanan yang disimpan.

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa epinefrin (adrenalin) yang menyebabkan pembakaran lemak tidak bergantung pada penurunan gula darah. Ingatlah pembahasan kita sebelumnya tentang Bagaimana Insulin Bekerja. Lemak adalah makanan yang disimpan dalam jangka panjang, seperti uang di bank. Makanan jangka pendek disimpan sebagai glikogen, seperti uang di dompet.

Masalah yang kita miliki adalah bagaimana cara mengakses uang di bank. Saat dompet kita habis, kita menjadi gugup dan segera mencari cara untuk mengisinya lagi. Ini mencegah kita mendapatkan akses uang di bank. Padahal, lemak disimpan di ‘bank’.

Saat dompet glikogen kita ‘ludes’, kita lapar dan sangat ingin segera makan. Itu membuat kita lapar, terlepas dari kenyataan bahwa ada lebih dari cukup ‘makanan’ yang tersimpan sebagai lemak di ‘bank’. Bagaimana kita sampai ke lemak itu untuk membakarnya? Puasa menyediakan cara agar mudah memasuki kanalnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.