Kurus Ramping Obesitas Tergantung Waktu

Kurus-Ramping-Obesitas-Tergantung-Waktu

Kurus ramping obesitas tidaknya tergantung waktu, lho. Maksudnya gimana nih, Min? Mungkin itu pertanyaan Anda.

Proses menggemuk sudah sangat jelas tergantung pada lamanya waktu. Manusia bertendensi untuk membulat perlahan. Saat usia kamu bertambah, lemak tubuhmu pun menebal. Ini bisa terjadi selama bertahun-tahun, atau beberapa dekade.

Banyak remaja yang tadinya ceking (usia 20), tetapi, berangsur-angsur, berat badannya naik sekitar 1-2 pounds per tahun. Sebenarnya, ini tidak terlalu mencemaskan, namun setelah 40 tahun kemudian, berat badannya akan bertambah sebanyak 80 pounds (usia 60 tahun).

Turunnya berat badan juga tergantung lamanya waktu. Mereka yang berperang dengan kegemukan di usia dini, cenderung lebih perlu tenaga kuda untuk mengusir lemak.

Ini semua berhubungan dengan resistensi insulin.

Mereka yang berat badannya naik beberapa bulan yang lalu belum sempat membuat resistensi insulin bertumbuh, sehingga dengan sedikit diet, si lemak bisa dipangkas. Jadi akar masalahnya ada di mana? Kegemukan berelasi sangat erat dengan waktu. Mereka yang berperang dengan berat badannya selama beberapa dekade mungkin mengalami beberapa kondisi insulin resisten. Jika resistensi insulin mendorong melonjaknya level insulin, meski diet dilakukan sangat ketat, namun efeknya tampak nihil.

Resistensi itu sendiri tergantung pada:

  1. Tingginya kadar insulin.
  2. Dan persistensi level tersebut.

Oleh karena itu, kita bisa mencegah bertumbuhnya resistensi insulin dengan memfokuskan perhatian kita pada pertanyaan kapan kita makan.

By: Dokter Jason Fung  (Time Dependence of Obesity – Hormonal Obesity XIV)

Para remaja kurus memiliki sedikit kadar resisten insulin. Namun, beberapa dekade kemudian, insulin resisten secara perlahan naik, dan mereka pun mengalami resistensi insulin. Karena Diabetes tipe 2 adalah penyakit eskalasi resistensi insulin, mereka sekarang didiagnosis menderita diabetes tipe 2. Mereka sekarang menderita diabetes dan sindrom metabolik lainnya.

Ada dua perubahan pola makan signifikan sejak tahun 1970an. Perubahan pertama adalah komposisi makronutrient dari makanan kita (What to Eat). Kita mengubah tradisi makan makanan tinggi lemak (45%) menjadi makanan rendah lemak.

Dengan demikian, secara tidak sengaja kita meningkatkan komposisi karbohidrat. Meningkatkan karbohidrat belum tentu buruk, tapi bila karbohidrat itu seluruhnya adalah karbohidrat olahan, jelas kita mempunyai masalah. Mereka merangsang insulin dan membuat kita menggemuk. Kita telah mengeksplor bahasan ini di postingan sebelumnya. Perubahan diet krusial lainnya adalah saat makan (When to Eat).

Kita mengganti pola makan kita, dari hanya makan sehari 3 kali menjadi ngemil sepanjang waktu. Dahulu, saat kita makan sambil berdiri, norma sosial akan mengerutkan kening, namun sekarang kita diizinkan makan di mana saja. Pada tahun 1970-an kita akan makan pagi pada jam 7:00 pagi dan makan malam pukul 19.00. Itu artinya kita mempunyai fase seimbang, 12 jam periode makan (insulin mendominasi), dan 12 jam periode puasa (insulin berada di kadar rendah). Pada tahun 1990-an dan 2000-an, semuanya berubah, kita makan sepanjang waktu. Kita makan segera setelah kita bangun di pagi hari dan tetap mengunyah sesaat sebelum tidur. Oleh karena itu, alih-alih adanya fase seimbang antara periode makan dan puasa, kita menghabiskan waktu kita di fase insulin mendominasi. Kurus ramping obesitas tidaknya tergantung waktu lho.

Sumber Gambar

Resistensi sistem hormonal tergantung pada dua hal.

  1. Tingkatnya tinggi.
  2. Persistensi.

Perubahan diet yang telah kita buat sejak tahun 1970-an memberikan prasyarat yang tepat ini. Tingkat insulin yang tinggi sanggup mendorong kenaikan berat badan dan obesitas. Resistensi insulin adalah synonomous dengan diabetes tipe 2. Kita telah menciptakan epidemi obesitas dengan perubahan pola makan yang sesat. Bagian paling ironis dari keseluruhan bencana ini adalah bahwa perubahan diet ini diresepkan untuk mengurangi epidemi penyakit jantung. Sebagai gantinya, kita benar-benar memicunya. Kami memadamkan api dengan bensin.

Salah satu hambatan utama kesehatan adalah saran diet konvensional. Menjadi jelas bahwa kita harus mengembalikan keseimbangan antara makan dan puasa. Pada akhirnya, itu menyebabkan kita makan lebih sedikit.

Artinya, apakah kita makan makanan insulogenik seperti gula dan karbohidrat olahan (what to eat), atau makan lebih sedikit (when to eat), sesungguhnya itu bukan masalah besar. Pada akhirnya, kita harus makan lebih sedikit. Tetapi, saran kita untuk menghilangkan lemak adalah dengan makan lebih banyak. Entah itu untuk makan lebih banyak kali/ hari, lebih banyak makanan ringan, lebih banyak biji-bijian, lebih banyak serat dll, saran kita selalu makan lebih banyak untuk menurunkan berat badan.

Mengapa kita memberikan nasihat sebodoh itu? Nasihat yang jelas-salah-dan-benar-benar-salah kaprah? Karena tak seorang pun bisa mendapatkan uang saat kamu makan lebih sedikit. Jika kamu mengonsumsi lebih banyak suplemen, perusahaan suplemen akan mendapatkan uang. Jika kamu banyak minum lebih banyak susu, para peternak akan menuai banyak uang. Jika kamu lebih banyak makan produk sarapan, perusahaan penghasil makanan sarapan akan menganggok uang banyak. Dan ini terus berlanjut.

Sumber Gambar: articles.mercola.com

Karena perusahaan makanan dan obat-obatan memberikan hibah besar kepada dokter dan ahli gizi, tidak ada yang mau mendengar nasehat untuk makan lebih sedikit. “Makan Kurang” adalah seperti paman aneh pada pernikahan dan tak seorang pun ingin membicarakannya.

Pesan tersebut telah dikorupsi dari “Bagaimana cara meramping?” menjadi “Bagaimana perusahaan ini mengeruk banyak uang dengan berpura-pura membantumu melangsing.” Coba kamu bayangkan tentang mengemil—yang mana dulu dianggap diet yang tabu.

Studi ini “Peningkatan frekuensi makan tidak mendorong penurunan berat badan yang lebih besar pada subyek yang diberi resep diet ketat energi berdimensi 8 minggu” menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi makan benar-benar tidak membuat perbedaan dalam penurunan berat badan.

Mengemil diteliti dalam makalah ini “Karbohidrat, nafsu makan dan perilaku makan pada manusia” oleh Stubbs RJ dan dipublikasikan di Journal of Nutrition 2001. Dalam penelitian ini, subjek diberi camilan dan wajib untuk dimakan. Ada efek jelas bahwa ngemil mengurangi asupan kalori pada saat makan. Namun, penurunan kalori ini tidak menebus banyaknya kalori yang dimakan saat mengemil.

Mengudap tidak mengurangi asupan makanan, justru meningkatkannya. (Duh). Tetapi, sayangnya, nasehat tersebut masih terus berlanjut sampai dengan sekarang, dan isu yang dihembuskan adalah untuk mengurangi hasrat makan. Tidak ada bedanya apakah ini adalah makanan ringan berlemak atau bergula. Efeknya sama saja. Intinya, ngemil mendorong naiknya jumlah makanan yang dikunyah.

Lebih buruk lagi, ia cenderung meningkatkan jumlah kesempatan makan juga—jadi ada efek buruknya berlipat ganda. Karena makanan ringan cenderung sangat tinggi dalam makanan olahan, kualitas asupan makanan cenderung akan mengalami penurunan secara substansial juga. Karena makanan ringan merupakan makanan olahan tingkat super tinggi, sehingga kualitas asupan makanan juga menurun secara substansial. Tetapi, ini justru membuka area yang semakin luas untuk para perusahaan makanan untuk melipat gandakan keuntungannya melalui menjual camilan.

Sumber Gambar

Ada keuntungan yang melimpah ruah ketika menjual makanan olahan dibandingkan the real food. Antusias para perusahaan besar itu sama besarnya dengan para nyonya rumah yang memaksa tamu untuk membawa sisa makanan.  Di sini, sekali lagi, kita seharusnya mendengarkan nenek kita dan bukan pemerintah. Jangan makan makanan ringan, mereka sudah mengatakannya berkali-kali. Ini akan merusak makan malammu. Ini akan membuatmu gemuk. Dan mereka sangat benar. Opini tentang kurus ramping obesitas tidaknya tergantung waktu, hmm, perlu dianalisa.

Sarapan adalah area lain dimana ada banyak kebingungan. Apakah melewatkan sarapan membuat kita lapar dan makan berlebihan sepanjang hari? Itulah yang banyak orang percaya. Sarapan adalah makanan terpenting hari ini. Jawabannya, jauh lebih bernuansa. Kata sarapan secara harfiah berarti makanan berbuka puasa, periode dimana kita makan pertama kali setelah tidur panjang. Tidak ada yang mengatakan bahwa kita harus memperhatikan wajah kita sesaat setelah kita meloncat dari tempat tidur. Tidak ada alasan membuat makanan sarapan penuh dengan gula dan tepung. Jika kita makan pertama kali pada pukul 12:00 siang, kemudian jam makan siang itu digunakan sebagai break our fast, apakah ada yang salah dengan hal itu?

Masalah utama sarapan pagi, seperti yang dibahas di sini dalam makalah ini “Dampak sarapan pada asupan energi sehari-hari” dipublikasikan di Nutrition Journal 2011. Dalam tulisan ini, periset memecahkan satu kelompok sesuai dengan jumlah kalori yang dimakan saat sarapan. Menambah porsi makan saat sarapan sepertinya tidak mengurangi jumlah makanan yang dikunyah saat makan siang dan makan malam. Oleh karena itu, semakin banyak porsi makan saat sarapan, maka jumlah makanan yang dikonsumsi sepanjang hari juga semakin banyak. Lebih buruk lagi, ini meningkatkan jumlah kesempatan makan dan waktu kita merangsang sekresi insulin. Problematika sesungguhnya adalah kadang kita mengonsumsi sarapan dengan terburu-buru saat di pagi hari. Pembahasan tentang kurus ramping obesitas tidaknya tergantung waktu kini mulai menarik, Sob. Bener nggak?

Oleh karena itu, kita cenderung mengonsumsi makanan yang sangat nyaman seperti sereal manis, dan makanan lain yang mudah disiapkan seperti roti, yogurt manis, kue danish, muffin, oatmeal instan dan sejenisnya. Perusahaan makanan, yang mencari kesempatan untuk menjual lebih banyak makanan yang menguntungkan, sarapan yang merupakan makanan olahan tingkat tinggi, seperi lalat yang merubung makanan busuk.

“Ayo sarapan!” Mereka bergemuruh.

“Ini adalah makanan terpenting sepanjang hari” Kamu bisa melangsing dengan makan sarapan. Dan kamu juga bisa meramping dengan lebih banyak mengemil.

No, my friend, you can’t.

Kurus ramping obesitas tidaknya manusia tergantung waktu kini sudah terjawab, kan?

Leave a Reply

Your email address will not be published.