Kunci Langsing dan Mengapa Menggemuk

Kunci-Langsing-dan-Mengapa-Menggemuk2

Kunci langsing dan mengapa ini dan itu? Apakah pernah bertengger di kepala Anda? Pertanyaan yang super duper penting lainnya di dunia obesitas adalah MENGAPA KITA BISA MENGGEMUK? Mustahil bisa mengobati sebuah penyakit jika kita tidak mencari akar permasalahannya (etiologi). Katakanlah, jika Anda ngerti bahwa bakteri bisa menyebabkan infeksi, lantas target Anda menjadi fokus pada si bakteri. Untuk mencegah merajalelanya bakteri di tubuh Anda, sekarang Anda menjadi pencuci-tangan-pakai-sabun-garis-keras, misalnya. Jadi, kenapa sih kita bisa membulat–atau pertanyaan lebih ilmiah—Apakah etiologi obesitas? Pertanyaan itulah yang harus kita ajukan.

Tetapi, karena karena kita sering kali sok tau alias sotoy, maka kita jarang menimbang-nimbang pertanyaan ini karena kita MERASA sudah tahu jawabannya.

By: Dokter Jason Fung

Selama ini kita berasumsi kegemukan disebabkan:

  1. Ini adalah masalah kalori masuk versus kalori keluar calories in versus calories out.
  2. Ngunyah mulu, plus jarang gerak.

Kita membiarkan diri kita beranggapan bahwa kedua asumsi di atas merupakan fakta yang tidak bisa diganggu-gugat, jadi ngapain sih pake dipikirin segala? Kita juga sering mengira bahwa mau makan segabruk kek, mau molor bae itu murni merupakan hak azasi manusia dan ngapain repot, sih? Yang mana, mau makan bajing luncat atau melahap sayuran, merdeka aja, karena orang yang bersangkutan akan memanggul tanggungjawab masing-masing. Kita boleh makan brokoli atau bakwan. Kita bisa jogging selama 5 jam, atau duduk manis tersihir tayangan TV. Bebas.

Opini Ahli

Dengan kata lain, obesitas adalah kegagalan setiap individu manusia. Cause of obesity lies in the individual. Makan berlebihan (rakus) atau ogah gerak (malas) adalah kegagalan individu —sebenarnya, ini merupakan 2 dosa dari 7 dosa yang mematikan/ deadly sins. Jika kita bertanya kepada ‘ahli’, mereka setuju bahwa kunci langsing-singset adalah makan lebih sedikit dan bergerak non-stop.

Konsensus suci, Batman. Dengan begitu banyak “ekpert” misalnya Michelle Obama sampai dengan USDA yang mengklaim dirinya sebagai profesional medis (termasuk dokter dan ahli gizi) setuju bahwa ‘Eat Less, Move More’ adalah cara untuk melangsing. Anda mungkin berpikir bahwa itu 100% benar adanya, tidak perlu lagi kita perdebatkan.

Tapi, ada satu hal yang mengganjal dan aneh sekali… Jika kita semua sepakat bahwa itu merupakan obat untuk obesitas (kita sudah menghabiskan miliaran untuk program meramping dan edukasi), tapi mengapa kita semakin menggemuk why are we getting fatter? Dengan kata lain, ‘obat’ ini nyebelin banget sih?

Ayo kita kembali ke bahasan semula. Jika penyebab obesitas adalah makan terlalu banyak dan berolahraga terlalu sedikit, kita bisa memikirkan obesitas dengan cara ini:

Kunci Langsing dan Mengapa perlu Membahas Teori Obesitas Konvensional

Saya menyebutnya Hipotesis Kalori sebagai Primer (CRaP). Ini berarti bahwa faktor utama (tapi bukan satu-satunya) dalam obesitas adalah kalori dan mengurangi kalori adalah pengobatan nomor wahid.

Lebih jauh lagi, alasan di balik makan terlalu banyak bukanlah hormon, bukan kelaparan, tapi pilihan pribadi. Ini juga bisa disebut model “Kalori masuk, Kalori keluar” (CICO), dan sering digambarkan sebagai skala. Kalori yang tidak digunakan untuk bahan bakar ketika berolahraga akan disimpan sebagai lemak.

Sumber Gambar

Seiring berjalannya waktu, ketidakseimbangan kalori akan menggiring ke akumulasi penimbunan lemak. Ini sering disebut hukum pertama termodinamika ‘First Law of Thermodynamics—energi akan bisa diciptakan atau dihancurkan dalam sistem yang terisolasi. Hal ini membikin semuanya terdengar sangat sains dan membangunkan pemikiran Einstein, tetapi, jika diterapkan dengan biologi manusia, penerapan hukum termodinamika sebenarnya tidak terlalu pas.

Tubuh manusia bukanlah sistem yang terisolasi. Energi masuk dan keluar terjadi sepanjang waktu. Tubuh kita adalah sistem terbuka sehingga oleh karena itu termodinamika tidak aci dan salah fokus, mau dibolak-balik dengan cara apapun tetap saja tidak tepat. Baik Hukum Termodinamika Kedua maupun Ketiga tidak berlaku untuk manusia atau mahluk hidup lainnya, jadi mengapa Hukum Pertama diterapkan? Jawabannya adalah dengan menggunakan Hukum Pertama Termodinamika dalam diskusi membuat mereka tampak cerdas.

Dengan itu juga, mereka membuat teori obesitas mereka tampak sebagai sesuatu dengan kadar kredibilitas ilmiah yang tinggi. Maksud saya, saya tidak menerapkan Heisenberg’s Uncertainty Principle atau Prinsip Ketidakpastian Heisenberg ke menu sarapan saya? Jadi mengapa Hukum Pertama Termodinamika berlaku untuk obesitas? Luar biasanya ngawurnya. Tetapi, dengan mengaplikasikan “hukum” ini pada kalori masuk dan kalori keluar akan membuat pencetus teori ini mendapatkan respek yang sesungguhnya tidak pantas disandang. Apa yang dimaksud dengan orang-orang tersebut adalah jika massa lemak stabil maka kalori masuk harus diimbangi dengan kalori keluar.

Mereka berasumsi bahwa sebagian besar kalori dipergunakan untuk olahraga. Namun, ini salah kaprah karena sebenarnya tubuh bisa memilih bagaimana cara mengeluarkan energi yang tertelan. Mari kita lihat contohnya.

Katakanlah kita memakan 2000 kalori untuk energi, nah, nasib metabolik 2000 kalori itu bisa berbeda-beda. Kalori tersebut bisa jadi:

  1. Dibakar sebagai panas tubuh (Resting Energy Expenditure),
  2. Digunakan untuk produksi otot protein/ tulang/ otot,
  3. Dipakai sebagai energi ketika berolahraga/ pengerahan fisik,
  4. Atau disimpan sebagai lemak?

Kita tidak keberatan jika energi dibakar menjadi sumber panas, tapi kita sebal jika kalori disimpan sebagai lemak. Betul?

Lagi pula, kalori keluar tidak stabil. Kadang dia akan naik menjadi 3000 kalori/ hari pada sebagian orang dan turun menjadi 1200 pada orang lain. Ini juga tergantung makanan apa yang kita konsumsi. Jadi, tidak sesimpel kalori bisa keluar kalau kita bergerak terus. Berdasarkan sudut pandang obesitas maka kita bisa menyimpulkan tubuh menyimpan lemak dengan cara:

Lemak Disimpan = Kalori masuk – Kalori keluar

Bila Anda memakai pola ini, maka hal yang menentukan apakah lemak akan disimpan atau dibuang adalah kalori. Jika kita berasumsi bahwa “Kalori keluar” adalah mutlak dan tidak bisa diganggu-gugat, berarti “Kita menjadi gemuk karena kita terlalu banyak makan”. Sekarang asumsi bahwa ‘Kalori Out’ adalah mutlak sudah jelas keliru, tetapi, untuk saat ini mari kita sederhanakan.

Tapi kita bisa mengatur ulang persamaan dengan cara ini:

Kalori Masuk = Lemak Tubuh + Kalori keluar

Jika kita berasumsi lagi bahwa “Kalori Keluar” adalah mutlak dan tidak pernah berubah (salah), maka implikasinya disini adalah bahwa “Kalori Masuk” bergantung pada lemak tubuh. Ini berarti bahwa jumlah yang kita makan ditentukan oleh apakah kita berada dalam mode “menyimpan lemak”.

Sekarang, hal ini membuat kita bertanya—Apa yang menyebabkan kita berada dalam mode menyimpan lemak? Dengan kata lain “Kita makan terlalu banyak karena kita gemuk”. Itu memunculkan pertanyaan yang tepat “Mengapa kita menjadi gemuk?” Atau “Apa itu etiologi obesitas?”—pertanyaan sentral blog ini dan akar penyebab obesitas, diabetes, penyakit jantung, kanker dan sebagian besar penyakit yang disebut penyakit peradaban diseases of civilization.

Kedua persamaan itu tidak salah, dan tidak melanggar “Hukum Pertama Termodinamika”, namun implikasinya sangat berbeda. Manakah interpretasi yang benar?

Pertanyaan tentang apa itu kunci langsing dan mengapa kita menggemuk sudah terjawab, kan?

Leave a Reply

Your email address will not be published.