Rahasia jadi Langsing Cantik Lupakan Hitung Kalori

Rahasia-jadi-Langsing-Cantik-Lupakan-Hitung-Kalori

Rahasia jadi langsing cantik, kurus selama-lamanya? Makanya lupakan hitang-hitung kalori, makan aja sepuasnya. “Ah yang bener!” Mungkin Anda mulai skeptis.

Ini adalah kelanjutan dari diskusi kita tentang kalori.

Kalori adalah kalori. Nggak perlu berdebat, sudah pasti ini betul. Sama seperti seekor anjing adalah seekor anjing, satu dolar adalah satu dolar, atau meja adalah meja. Ada berbagai jenis anjing dan meja tapi pernyataan sederhana bahwa seekor anjing adalah anjing itu benar adanya.

Apakah semua kalori semuanya sama? Apakah seluruh jenis kalori bisa menaikkan berat badan dengan nilai yang sama? Tetapi, sebenarnya bukan itu kalimat yang perlu kita tanyakan. Yang perlu kita diskusikan adalah, “Apakah semua kalori bisa menyebabkan kita menimbun lemak?”

Apakah sesungguhnya kalori itu? Kalori adalah unit energi. Semua makanan akan dibakar di laboratorium/  tubuh kita, dan hasil pembakaran itu adalah energi. Makanan tertentu akan menghasilkan energi lebih besar dibandingkan rekan sejawatnya.

Beberapa orang percaya bahwa banyaknya kalori yang dikunyah perhari bisa menyebabkan berat badan melonjak. Tidak peduli, apakah makanan itu berupa es krim atau salad, pada akhirnya semuanya akan diubah menjadi kalori. Oleh karena itu mereka bilang, “Kalori adalah kalori.”

By: Dokter Jason Fung (Calorie is calorie, calorie part 2)

Dan sesungguhnya ini hanyalah keyakinan yang masih belia. Kembali ke zaman nenek kita—katakanlah sekitar tahun 1900-an, pada saat itu, beredar keyakinan bahwa obesitas disebabkan oleh makanan manis dan tepung-tepungan. Tidak seorang pun yang akan berdebat mengenai itu. Tidak satu pun yang akan menggemuk karena makan brokoli.

Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kalori tidak menyebabkan lemak tertimbun di tubuh Anda. Beberapa makanan, seperti permen dan roti, akan menyebabkan kegemukan, tapi yang lainnya tidak. Kalori bukan kalori. Faktanya, mereka bahkan tidak tahu, apa sih kalori itu. Jadi siapa dong yang benar?

Mari kita lihat persamaan ini:

Lemak = Kalori masuk – Kalori keluar

Mari kita teliti lebih lanjut, apakah kalori itu penting? Pertama, kita harus berasumsi bahwa mengubah kalori masuk tidak berpengaruh apa-apa pada kalori keluar. Artinya, mereka itu independen. Kita berasumsi bahwa apa yang kita makan tidak berefek apa pun pada energi yang dihasilkan. Nanti, kita akan melihat bahwa teori CRAP sangat keliru.

Jika kita hanya berpatokan bahwa semua makanan akan menghasilkan kalori yang ekual, maka, kita bisa membandingkan energi yang masuk dan energi yang keluar.

Mari kita lihat analogi situasi yang sama. Sekarang  kita singkirkan dulu sang kalori, dan kita melirik pada dolar. Satu dolar adalah satu dolar.

Dompet gemuk = Dolar masuk – Dolar keluar

Pertanyaanya sekarang adalah “Apakah dolar penting?”

Anggap saja saya mempunyai toko kukis. Saya membeli cookies seharga $1 dan menjualnya seharga $2. Jika saya menjual 10 kue, saya mendapatkan $10. Jika saya menjual 20 cookies, saya menghasilkan $20. Jadi, jelas, dalam kasus ini “Dolar masuk” itu penting. Semakin banyak dolar yang masuk, maka dompet saya tambah gemuk.

Namun,  pertimbangkan kasus lain. Saya membeli kue dari bakeri seharga $1 dan menjualnya seharga $1. Jika saya menjual 10 cookies, saya menghasilkan $0. Jika saya menjual 20 cookies, saya menghasilkan $0. Jika saya menjual lebih banyak kue, hasilnya tetap saja nihil. Jadi, dalam kasus ini, jumlah “Dolar masuk” sama sekali tidak relevan.

Bagaimana jika saya membeli cookies seharga $1 dan menjualnya seharga $0,50. Jika saya menjual 10 cookies, saya merugi $5. Jika saya menjual 20 cookies, saya kehilangan $10. Dalam hal ini hubungan benar-benar berlawanan. Semakin banyak ‘dolar masuk’, saya pun semakin bankrut.

Sangat mudah untuk melihat dalam contoh ini bahwa apa yang penting adalah margin, atau jumlah keuntungan penjualan. Sangat krusial untuk mengetahui apa yang terjadi pada ‘dolar yang dikeluarkan’, karena itu menentukan keuntungan. Mengetahui “Dolar masuk” tanpa mengetahui “Dollar keluar” tidak menyelesaikan masalah. Dengan asumsi bahwa ‘Dolar keluar’ selalu konstan adalah asumsi yang salah.

Sekarang mari kita menerapkannya pada obesitas:

Lemak = Kalori masuk – Kalori keluar

Salah satu asumsi utama teori Pengurangan Kalori sebagai Primer (CRAP) adalah bahwa “Kalori keluar” tidak bergantung pada “Kalori Dalam”. Namun, itu sebenarnya ngawur. Jika ‘Kalori masuk’ dicocokkan dengan kenaikan yang sama pada “Kalori keluar” (marginnya nol), maka tidak ada jumlah kelebihan “Kalori masuk” yang akan menghasilkan penyimpanan lemak. Jika ‘Kalori masuk’ menurun, namun disesuaikan dengan penurunan ‘Kalori keluar’, maka berat badan pun tidak berkurang.

Dengan kata lain, jika Anda mengonsumsi 1000 kalori tambahan, tapi Anda juga melepas 1000 kalori, maka kalori itu tidak akan menyebabkan berat badan Anda naik. Mungkin, tubuh Anda membakar lebih banyak energi untuk:

  1. Olahraga,
  2. Atau, untuk basal metabolisme (suhu tubuh).

Misalnya, mungkinkah makan 5.794 kalori sehari namun Anda masih saja ramping? Itulah pertanyaan yang diajukan oleh  Sam Feltham, lantas menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek eksperimental. Jawaban mengejutkan (biasa aja tuh) kok bisa begitu, Bray? Gimana sih, Anda mungkin bertanya? Saat ia meningkatkan asupan kalori menjadi 5.797 kalori/ hari, tubuhnya pun meningkatkan basal metabolisme. Dalam skenario ini, berat badannya tidak bertambah segram pun.

Di sisi lain, misalkan kita mengurangi asupan kalori sebanyak 1000 kalori, maka tubuh kita pun akan mengurangi kalori sebanyak 1000 kalori, sehingga kita tetap gemuk.

Sumber Gambar

Rahasia jadi Langsing Cantik dan Bagaimana Mengukur Pengeluaran Energi

Kita telah terobesesi dan membuang waktu dengan mempertimbangkan kalori masuk tanpa memikirkan kalori keluar. Kenapa? Ini sangat simpel. Karena sangat sulit untuk mengukur kalori keluar, dan oleh karena itu kita menyederhanakannya dengan melakukan asumsi kacau balau bahwa kalori keluar selalu konstan.

Sesungguhnya, ada banyak jaringan yang membutuhkan metabolisme aktif (otak, ginjal, jantung, hati) yang aktivitasnya sangat sulit diukur. Misalnya, anggap bahwa tubuh Anda memutuskan untuk mengurangi pengeluaran energi harian dengan mengurangi suhu tubuh Anda dari 36,5 menjadi 36,0 C. Bagaimana kita bisa measure that/ mengukurnya tanpa peralatan laboratorium mewah mahal plus super teliti?

Yang krusial bukan hanya “Kalori masuk”, tapi juga jumlah keseluruhan “Kalori masuk – Kalori keluar”. Jika salah satu berubah, itu akan mempengaruhi hasil akhirnya.

Selain itu, sangat penting untuk mengetahui rincian ‘Kalori keluar’ atau Energi Ekspenditur (EE). Apakah olahraga atau tingkat basal metabolisme?

Jika makanan tertentu (apa yang harus dimakan) atau kebiasaan makan (kapan harus makan) mempengaruhi tingkat metabolisme, maka kalori tidak sesimpel hanya kalori.

Makanan (apa yang harus dimakan) dan perilaku makan (kapan harus makan) apakah akan mengubah Total Energy Expenditure (TEE)? Jawaban atas pertanyaan vital ini adalah, ya, namun pekerjaan kita masih segambreng untuk tiba di sana.

Jadi pertanyaan apa, sih, rahasia jadi langsing cantik? Sudah terjawab kan?

Leave a Reply

Your email address will not be published.